Senin, 28 April 2008

Pengusaha Utamakan Beras Lokal

Pontianak, BERKAT.
Kendati banyaknya jenis beras luar yang masuk ke Kalbar, namun pemerintah meminta kepada sejumlah pengusaha beras untuk mengedepankan produk beras lokal, dalam rangka membantu petani memasarkan dan meningkatkan jumlah produksinya. Selama ini berbagai jenis beras yang masuk ke Kalbar berasal dari Jawa Timur, Jawa Barat, Makassar, serta Jakarta (beras impor,red).
"Pengusaha seharusnya mengedepankan beras lokal. Padahal kita sudah coba minta pengusaha untuk lakukan itu. Tapi mereka bilang berasnya tidak terkumpul," kata Kepala Disperindag Kalbar, Dra. Ida Kartini, M.Si.
Hal itu disampaikan Ida lantaran di sejumlah pasar tradisional maupun pasar moderen, marak berbagai jenis beras dengan bermacam merek. Padahal, untuk kualitas beras lokal sendiri tak kalah saing dengan beras yang berasal dari luar Kalbar.
Ida mengakui kalau dulu pihaknya telah menstimulasi dan memfasilitasi para pengusaha yang memiliki izin Angka Pengenal Impor (API) Umum dan API Khusus Beras yang notabene adalah pedagang antarpulau tersebut agar membuat kemasan yang bagus untuk produk lokal.
"Dulu pernah beras lokal dikemas dengan bagus seperti di Hypermart. Tapi setelah itu, ketika pemerintah tidak membantu kemasan mulai hilang lagi. Kalau memang mereka mau kan bisa, seperti beras dari Sungai Kakap dikemas bagus," ungkap Ida.
Ida pun heran banyaknya jenis beras yang masuk ke Kalbar kendati hal itu sah-sah saja karena mereka memang ada izinnya. Apalagi untuk tata niaga beras memang belum diatur dan tidak ada larangan sehingga mereka diberikan keleluasaan dan kebebasan untuk memasok dan memperdagangkan beras ke Kalbar.
"Tapi bukan berarti pengusaha sebebas-bebasnya berdagang, cuma tata niaga eskpornya yang diatur. Tujuannya untuk melindungi produksi petani dan harga tetap stabil," kata Ida.
Namun demikian, dia mengakui kendala yang dihadapi adalah pengawasannya yang kurang terkontrol lantaran para pedagang ingin mencari keuntungan besar. Sebab untuk memberikan tanggung jawab moral kepada pengusaha untuk melindungi kebutuhan daerahnya sendiri dirasakan susah.
Asosiasi Beras Indonesia (ABI) Kalbar memperkirakan sebanyak 30-an lebih jenis beras beredar di Kalbar, antara lain, beras jenis pandan wangi, asia jaya, mangga, lohan, menir, golden field, jala emas, Bulog, spiderman, top man, anak terbang, king, mangkok, kampung dan sebagainya. Disinyalir beras-beras tersebut dikeluarkan para pengusaha yang memiliki izin API yang berjumlah 15 pengusaha, namun tidak memiliki izin dari Disperindag dalam memberikan nama jenis beras tersebut.
"Padahal untuk memberikan nama-nama jenis beras tentunya harus ada izin hak patennya. Tapi ini semau-maunya berikan nama. Asalnya juga dari mana beras-beras itu patut dipertanyakan," kata Ketua ABI Kalbar, Sy. Usman Almuthahar.
Dia mengkhawatirkan beras-beras tersebut adalah beras oplosan yang dicampur antara beras berkualitas rendah yang harga murah dengan yang bagus sehingga menjadi beras super dengan harga tinggi. (rob)

Lanal Turunkan Intelijen Awasi Gula Ilegal

Pontianak, BERKAT.
Maraknya peredaran gula ilegal di Kalbar membuat pihak Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Pontianak merasa risih dan ikut bertanggungjawab lantaran dinilai gula adalah salah satu kebutuhan pokok yang strategis bagi ketahanan pangan menyangkut kepentingan hajat hidup orang ramai. Apalagi Lanal Pontianak adalah 1 dari 13 instansi terkait yang termasuk dalam anggota tim monitoring perdagangan gula antarpulau di Provinsi Kalimantan Barat.
"Jelas saya turunkan intelijen sendiri bagaimana kita mencari data, mengamati dan lain-lain terhadap peredaran gula ilegal di Kalbar. Apalagi sudah ada telegram dari Kasal. Jadi tidak ada kompromi terhadap kegiatan gula ilegal ini," tegas Komandan Lanal Pontianak, Letkol (s) Taufik Harun.
Danlanal menyebutkan bahwa setiap pos telah diberikan perintah agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap sejumlah kapal yang diduga kemungkinan membawa gula tanpa dokumen lengkap alias ilegal. Pemangkat, Wajok dan Jungkat hingga Pontianak adalah tiga perairan yang dinilai jalur rawan untuk peredaran gula ilegal tersebut.
Guna mengantisipasi peredaran gula ilegal di Kalbar dia mengharapkan peran dan partisipasi masyarakat untuk memberikan informasi ke Lanal Pontianak. Sebab tanpa bantuan masyarakat tidak mungkin pihaknya dapat menangkap pelaku gula ilegal tersebut.
"Tapi informasi itu jangan main-main. Disebutkan ada kapal yang akan masuk muat gula ratusan ton tapi setelah kita kejar hingga ke Pulau Dato dari pagi hingga malam ketemu pagi tidak ada. Rupanya kita dibohongi. Bahan bakar sudah terpakai 10 ton. Bayangkan sekali kita dibohongi berapa nilai kerugian negara," ungkap Danlanal.
Pola pasif atau menunggu di titik rawan adalah strategi yang tepat untuk membekuk pelaku gula ilegal. Sebab pola ini yang kemungkinan lebih efektif daripada berputar ternyata hanya dibohongi.
"Karena kalau sudah enam mil cakrawala tidak kelihatan lagi. Sebab dengan speedboat kalau kena ombak besar tidak bisa jadi harus kembali lagi," ujarnya.
Harapannya dikatakan Danlanal Pemprov Kalbar dapat membantu dalam percepatan pembangunan pangkalan dan menyiapkan kapal untuk melakukan operasi di perairan Kalbar.
Berdasarkan SK dari Disperindag Kalbar Nomor 510/36/SPDN/2007 Tertanggal 18 Januari 2007 menyebutkan sebelas perusahaan di Kalbar direkomendasikan sebagai distributor gula eks impor. Dan berdasarkan Juklak Nomor 14/PDN/SK/III/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perdagangan Gula Antarpulau menyebutkan rekomendasi terhadap perusahaan tersebut diberikan jika ada permintaan dari Disperindag kabupaten/ kota setempat untuk kebutuhan gula di daerah setempat.
Kendati telah jelas peraturan tersebut, namun dalam perjalanannya peredaran gula di Kalbar terkesan kurang terkontrol. "Ini dapat dilihat maraknya gula ilegal yang masuk ke Kalbar. Siapa yang melakukan itu. Ini yang menjadi tanda tanya," kata Ketua Apegti Kalbar, Sy. Usman Almuthahar. (rob)

Si Pengusir Nyamuk dari Kulit Langsat



Pontianak, BERKAT.
Buah langsat salah satu buah tahunan "primadona" yang ada di Kota Pontianak, hampir setiap tahun sejumlah ruas jalan yang ada di Kota Pontianak dibanjir buah langsat ini. Akan tetapi sangat disayangkan tak semua orang mengetahui bahwa kulitnya yang selama ini dianggap sebagai sampah, ternyata memiliki kegunaan bagi kelangsungan hidup manusia.
Sejumlah pakar di Institut Pertanian Bogor (IPB) telah melakukan penelitian, bahwa sebenarnya kulit langsat ini dapat dijadikan sebagai pengusir nyamuk. Percobaan yang dilakukan karena melihat beberapa obat anti nyamuk lainnya memiliki efek samping yang dapat mengganggu kesehatan. Bahkan pada nilai ambang batas (nab) tertentu dapat menyebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
Tidak hanya itu, bagi obat anti nyamuk poles dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan insektisida jika masuk dalam sistem peredaran darah akan menumpuk di hati sehingga mengakibatkan kegagalan fungsi hati dan ginjal.
Oleh karena itu dengan adanya obat anti nyamuk dari kulit langsat ini akan dapat menghindari semua efek samping yang terjadi pada obat anti nyamuk lainnya. Diyakini obat anti nyamuk dari kulit langsat ini tidak membahayakan kesehatan dan ramah lingkungan .
Keuntungan yang diperoleh obat anti nyamuk dari kult langsat ini yaitu betul-betul alami (enviro oriented) sehingga tidak mencemari pernapasan dan limbahnya tidak mencemari lingkungan bahkan limbah keringnya bisa dijadikan pupuk organik.
Kulit langsat memiliki sifat basah, meskipun rasanya manis atau asam, pH kulitnya untuk rendaman 100 gram kulit langsat dalam 50 mililiter aquadest sekitar 8-9. Efektifitas kulit langsat sebagai obat anti nyamuk diperkuat dengan getahnya yang lumayan lengket.
Jadi selama ini, kulit langsat yang dibuang-buang percuma. Ternyata memiliki manfaat yang sangat besar sebagai pengusir binatang penghisap darah manusia tersebut. (rob)

Kenyalang Enggang Bermotifkan Burung Enggang



Pontianak, BERKAT.
Suku Dayak sebagai suku pribumi di bumi Kalimantan dikenal memiliki adat istiadat dan budaya yang unik dengan keanekaragaman berbagai alat tradisional yang menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang ingin memilikinya.
Salah satunya adalah kenyalang enggang, yakni alat musik suku Dayak yang sejak dulu hingga kini sering digunakan diberbagai kegiatan budaya untuk mengiringi sebuah lagu khas suku Dayak.
Kenyalang Enggang yang kebanyakan digunakan oleh suku Dayak Iban di Kabupaten Kapuas Hulu yang merupakan kabupaten paling ujung timur Kalbar lebih kurang 900 kilometer dari Kota Pontianak ini terbuat dari kayu kenyalang.
Sehingga tak heran kalau alat musik ini bermotifkan ukiran burung enggang karena dalam bahasa Dayak Iban, kenyalang berarti enggang gading yang juga merupakan maskot pariwisata Kalimantan Barat. Konon dalam kepercayaan suku Dayak Iban, burung enggang dipercaya memiliki kekuatan yang dapat mengalahkan musuh-musuh suku tersebut.
Dengan paduan ukiran khas Dayak dan warna hitam dan kuning, enggang kenyalang menambah daya tarik bagi setiap orang yang menyaksikannya ketika ditampilkan dalam sebuah acara untuk mengiringi lagu khas Dayak.
Untuk lebih banyak lagi kita melihatnya, alat musik tradisional ini sering kali terlihat pada acara budaya seperti gawai yakni acara syukuran kepada Yang Maha Kuasa atas hasil panen padi yang melimpah setelah masyarakat melakukan penanaman selama lebih kurang tiga bulan.
Hal itu sebagai wujud dari komitmen masyarakat suku Dayak untuk mempertahankan alat musik tradisonalnya, kendati hanya terbuat dari bahan sederhana namun memiliki nilai sejarah dan budaya serta ekonomis tinggi sebagai daya tarik di dunia pariwisata Kalbar sekaligus menambah perbendaharaan alat musik tradisional daerah. Itulah Kalbar yang kaya tidak hanya di sektor sumber daya alamnya namun juga di sisi budaya dengan keanekaragamannya dan keunikannya patut dipertahankan untuk dilestarikan. (rob)

Pantai Temajuk di Bumi Serambi Mekkah





Pontianak, BERKAT.
Letaknya di sebelah utara Kota Pontianak dengan jarak lebih kurang 340 kilometer dengan waktu tempuh perjalanan 6 jam, Pantai Temajuk yang administrasinya termasuk bagian dari Desa Temajuk Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas ini memiliki daya tarik bagi siapa saja yang datang ke salah satu obyek wisata unggulan Sambas.
Tak heran kalau Pemkab Sambas mengategorikan pantai ini merupakan pantai terindah sepanjang pantai di kabupaten yang dikenal dengan sebutan Bumi Serambi Mekkah ini. Sebab dengan panorama dan kondisi alamnya masih boleh dikatakan masih dalam keadaan asli alias perawan.
Keunikan yang terjadi di pantai ini, ketika surut menyisakan hamparan pasir yang sangat luas dengan lebar sekitar 100-150 meter. Namun ketika memasuki bulan Oktober - Februari tiupan angin cukup kencang dan tinggi gelombang di pantai ini bisa mencapai 2 meter bahkan lebih. Inilah saat yang tepat untuk melakukan olahraga sky diving atau berselancar bagi mereka yang gemar dan mahir akan olahraga tersebut.
Bila anda menginginkan suasana pantai yang berbeda, di ujung utara bagian pantai ini terdapat pantai dengan gugusan batu berbagai ukuran membentuk formasi yang indah. Beberapa diantaranya memiliki keunikan pada bentuknya dengan ukuran yang cukup besar. Ditambah lagi air pantai yang jernih di antara bebatuan. Cocok untuk berenang, sementara kaki aman memijak lantai pantai yang berpasir sehingga termasuk kategori obyek wisata bawah air dan pantai pasir putih.
Dengan kelebihan yang dimilikinya, pantai ini berpotensi untuk kemajuan perekonomian apalagi dengan letaknya dari Kota Sambas yang berjarak 120 kilometer, kawasan pesisir ini langsung berbatasan dengan Laut Natuna dan Malaysia Timur.
Namun sayang, lemahnya SDM untuk pengeloaan, kurangnya sarana dan prasarana, lemahnya motivasi masyarakat serta membangun kemitraan dengan pihak luar menjadi kendala yang harus dipikirkan dan dicarikan solusinya oleh pemerintah.
Koordinatif, peningkatan fasilitas secara terpadu, dan pengembangan stabilisasi secara sinerigis adalah bagian strategi yang dapat dijadikan landasan untuk mengembangkan dan mempromosikannya ke luar daerah. Tujuannya tidak lain yakni mewujudkan visi dan misi Kabupaten Sambas sebagai kaupaten yang terpikat dan Terigas dalam rangka menuju Kalbar Tourism 2010.(rob)

Lancang Kuning Ikon Sejarah Budaya



Pontianak, BERKAT.
Banyaknya peninggalan sejarah di Kalimantan Barat, sering dijadikan sebagai salah satu maskot maupun ikon dalam berbagai kegiatan bai yang bersifat sosial, budaya atau pun kemasyarakatan. Seperti hal, Lancang Kuning, salah satu alat transportasi sejumlah kerajaan di Kalimantan Barat tempo dulu.
Khusus untuk di kalangan Istana Kadariah, Lancang Kuning bukan lagi merupakan peninggalan yang asing namun sejak dahulu sudah dipakai sultan Pontianak untuk berbagai kegiatan adat istiadat budaya menyusuri Sungai Kapuas.
Warnanya yang kuning adalah warna keramat bagi kerabat istana maupun masyarakat di kalangan etnis Melayu. Dengan panjang yang dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan, kadangkala perahu kebanggaan raja ketika itu, dapat ditumpangi antara 8 - 10 orang penumpang.
Namun seiring perkembangan zaman, Lancang Kuning jarang ditemui di berbagai tempat bahkan keberadaannya hampir hilang bak ditelan bumi. Beruntung saja, sejumlah pengrajin kecil masih memiliki hati yang luhur dengan mempertahankan kebesaran nama Lancang Kuning, dengan membuat duplikatnya berbagai ukuran.
Akan tetapi ada juga duplikat Lancang Kuning digunakan untuk parade budaya yang digelar setahun sekali baik event budaya masyarakat Dayak, Melayu atau pun yang lainnya misalnya ketika even robo-robo yang masih menggunakan motif Lancang Kuning. Oleh karena itu agar nilai sejarahnya tidak hilang dan tetap mempertahankan namanya sebagai salah satu ikon Kalbar, pemerintah saat ini telah membuat satu duplikatnya di Museum Negeri Provinsi Kalbar.
Tak hanya itu kepedulian terhadap peninggalan benda sejarah ini, juga ditunjukan beberapa penata dekorasi yang ada di Kota Pontianak untuk digunakan sebagai tempat meletakan buah-buahan atau minuman.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai nilai sejarah bangsanya sendiri. Demikian sebuah pepatah yang hingga kini masih berlaku. Komitmen dan kepedulian kita semua diharapkan untuk melestarikan berbagai benda bersejarah dan memiliki nilai peradaban tinggi tersebut.(rob)

Granit Bahan Material Konstruksi



Pontianak, BERKAT.
Kekayaan sumber daya tambang Kalbar dinilai dapat meningkatkan gairah ekonomi daerah ketika hal itu dikelola dengan profesional dan bijak. Namun, sayang masih banyak sumber daya tambang Kalbar hingga kini sebagiannya belum dikelola dengan optiomal.
Padahal jika dikelola dengan manajemen yang berpengalaman maka akan dapat mempengaruhi kehidupan perekonomian daerah yang berimbas pada struktur sosial hidup di masyarakat. Misalnya granit, salah satu jenis bahan tambang galian konstruksi yang menghasilkan jenis produk berupa batuan pecah yang memiliki kegunaan sebagai bahan material kontruksi, agregat jalan dan keramik.
Sumber yang didapat BERKAT dari Dinas Pertambangan dan Sumber Energi Provinsi Kalbar, potensi bahan galian granit menyebar di beberapa daerah Kalbar di antaranya Batu Ampar Gunung Daya Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak dengan jumlah cadangan mencapai 1,3 miliar ton, di Sungai Temilah Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak mencapai 11 miliar ton.
Kemudian Bukit Paloh dan Sajingan Kabupaten Sambas kandungan granit mencapai 1,6 juta ton, dan Jagoibabang Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang mencapai 640 juta ton, di Kecamatan Bonti, Tayan Hulu dan Kembayan Kabupaten Sanggau mencapai 2,3 miliar ton sedangkan Kecamatan Tumbang Titi, Kendawangan Kabupaten Ketapang dan Sukadana Kabupaten Kayong Utara diperkirakan mencapai 500 juta ton.
Meskipun, setiap daerah tersebut memiliki potensi yang dapat dikembangkan namun beberapa kendala atau permasalahan yang terjadi sering dihadapi para investor di antaranya masih kurangnya sarana infrastruktur yang belum memadai, jaringan komunikasi yang belum menjangkau ke daerah pelosok serta sarana listrik yang belum ada.
Padahal dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut akan dapat menimbulkan multiplier effect guna meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat guna kepentingan pembangunan daerah. (rob)