Jumat, 02 Mei 2008

Esiat, Cukong IL Ketapang Ditangkap

Pontianak, BERKAT.
Setelah beberapa cukong illegal logging di Ketapang berhasil ditangkap, kini pihak kepolisian berhasil menangkap satu lagi seorang pemain illegal logging yang disebut-sebut juga memiliki andil besar dalam pembalakan liar di Tanah Kayong itu.Esiat, yang dikenal sebagai salah satu cukong besar di Ketapang ini, ditangkap pada Kamis (1/5) pukul 18.00 WIB di kediamannya Jalan Payakumang Desa Sukaharja Kecamatan Muara Pawan Kabupaten Ketapang oleh tim Polres Ketapang.Namun sayang saat dikonfirmasi, pihak Polda Kalbar membantah dan hanya mengaku belum mengetahui adanya penangkapan tersebut. "Saya belum tahu. Baru saja saya ketemu dengan Kasat III Reskrim tapi belum ada informasinya. Yang jelas kita transparan kalau ada kita informasikan tidak akan kita tutup-tutupi," kilah Kabid Humas Polda Kalbar, AKBP Suhadi, SW di ruang kerjanya, kemarin.Padahal tertangkapnya Esiat pada Kamis malam telah menjadi buah bibir di masyarakat Ketapang lantaran diketahui di antara kapal dan kayu yang ditangkap tim Mabes Polri pertengahan Maret lalu salah satunya adalah milik Esiat yakni KM Citra Niaga yang memuat lebih kurang 400 meter kubik kayu tanpa dokumen.Penangkapan ini dibenarkan Kuasa Hukum Esiat, Jamhuri Amir, SH yang menyebutkan dirinya dihubungi yang bersangkutan ketika sudah di Mapolres Ketapang. "Memang benar dia di tangkap di rumahnya. Saat di periksa statusnya sudah jelas sebagai tersangka. Tapi dalam BAP-nya dia mengaku baru melakukan satu kali," kata Jamhuri yang berada di Ketapang saat dihubungi via ponsel, kemarin siang.Sumber yang berhasil di himpun BERKAT menyebutkan, Esiat adalah seorang cukong kayu yang telah lama melanglang buana di Ketapang untuk membabat habis isi hutan di kabupaten bagian selatan Kalimantan Barat itu.Sandai, Tayap dan Laur serta sekitar Sungai Pawan adalah sasaran wilayah operasi Esiat untuk menjarah hasil hutan di daerah tersebut. "Kerjasamanya" dengan sejumlah cukong illegal loggging di Ketapang bukanlah baru kali yang pertama. Sejak 10 tahun lalu salah satu pengurus DAD Ketapang ini telah bermain kayu. Dalam perjalanannya, Esiat selalu menggunakan TPK (Tempat Penampungan Kayu) bekas milik Ango di Ulu Ae' Jalan Sukaharja untuk menambatkan hasil jarahannya yang berjumlah ratusan kubik. Sudah menjadi rahasia umum, di antara TPK-TPK yang terbesar di Ketapang, TPK Ango adalah yang disebut-sebut TPK "Number One" dengan jumlah tampungan lebih dari 10 ribu kubik kayu dengan berbagai jenis.Tak hanya Ango yang menjadi "rekan seperjuangannya," namun masih banyak cukong illegal logging lainnya yang pernah menjadi relasi bisnis kayunya itu, sebut saja nama Wijaya, Fuad, Aun, Iin Solinar, Adi Murdiani, dan Akun. Kedekatannya dengan Wijaya seorang cukong yang sekarang menjalani tahanan di Mabes Polri, cukup beralasan lantaran Wijaya pernah diminta bantuan Esiat sebagai "makelar dokumen" untuk buatkan DKO (Daftar Kayu Olahan) dan FAKO (Faktur Angkutan Kayu Olahan) dengan nilai Rp 350 ribu per kubik dengan jumlah kayu sebanyak 3.078 batang atau setara dengan 487 meter kubik kayu yang rencananya akan dibawa ke Semarang."Memang dia mengaku kayu-kayu itu akan dibawa ke Jawa. Kedekatannya dengan cukong lain saya tidak tahu, hanya dia mengaku bekerja atas nama sendiri yang kayunya dibeli dari masyarakat," tambah Jamhuri Kuasa Hukum Esiat.Tertangkapnya Esiat, kembali menambah deretan nama-nama para cukong illegal logging yang berhasil ditangkap beberapa waktu lalu. Apresiasi diberikan Polda Kalbar dengan tertangkapnya Esiat. "Syukur lah kalau sudah tertangkap lebih bagus. Kemungkinan untuk dibawa ke Mabes bisa saja karena dia satu paket dengan kasus illegal logging yang baru ditangkap," kata Suhadi.Selaku Kuasa Hukum, Jamhuri tegaskan pihaknya akan tetap mendampingi kliennya kendati harus dibawa ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaaan. "Kalau dibawa ke Jakarta, kami akan mendampinginya," tegas Jamhuri. (rob)

Maestro Dekorasi yang Populerkan Saprahan







Pontianak, BERKAT.
Kendati Yang Maha Kuasa telah memanggilnya, namun berbagai hasil karya seorang Fartemi Zain tak akan pernah hilang bak ditelan bumi hingga akhir hayat. Karya seni yang bernafaskan pelestarian budaya Melayu telah banyak dihasilkan dari pemikirannya sejak tahun 1989.Dibawah bendera CV Kenanga Citra Mandiri, dia berhasil menciptakan satu hasil karya seni tinggi yang inovatif dan kreatif sehingga menjadi daya tarik bagi setiap pasang mata yang menyaksikan dekorasinya. Tak kenal lelah dan pantang putus asa adalah motto yang dipakainya untuk membuat sebuah ruangan menjadi megah bak istana raja."Sebab kalau kita hobbi dengan satu pekerjaan maka pekerjaan itu pasti akan kita jiwai juga. Jadi jangan jadikan pekerjaan itu satu beban tapi jadikanlah hobbi, Insya Allah kamu akan dapat hasil yang memuaskan dari pekerjaanmu," kata Fartemi kepada BERKAT suatu ketika di kediamannya.Satu kata yang mengandung makna cukup berarti bagi siapa saja yang benar-benar menjalankannya dimanapun dia berada, sehingga apa yang dikerjakannya akan menghasilkan kepuasan baik batin maupun moril tanpa harus dengan berbagai keluhan.Saprahan salah satu tradisi budaya makan ala Melayu yang sebelumnya sempat hilang lantaran tidak populer di kalangan masyarakat Melayu Kalbar, namun ditangan Fartemi lah tradisi ini mulai dihidupkan kembali. Padahal zaman dahulu kala saprahan ini merupakan tradisi makan yang paling banyak digunakan para raja yang ada di Kalbar untuk berbagai kegiatan di istana. Sebab makna yang terkandung di saprahan ini membuat orang sangat tertarik yakni duduk sama rendah berdiri sama tinggi artinya siapapun yang datang pada acara tersebut tidak melihat darimana maupun latar belakang orang tersebut, namun tetap sama sebagai umat manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Pencipta. Ribuan peralatan pun diturunkan untuk sekali acara saprahan di antaranya mangkok basi yang konon dipercaya makanan tersebut tidak akan basi hingga beberapa lama disimpan, gelas labu untuk air putih, pahar tembaga untuk meletakan kue-kue, piring kaca untuk buah, mangkok kobokan. Dan untuk menambah daya tarik digunakanlah napkin atau sapu tangan yang dibuat dengan berbagai bentuk. Sejumlah pelayan pun dikerahkan untuk melayani para tetamu yang akan menikmati makanan khas Melayu seperti nasi kebuli, masak ayam putih, dalca, pacri nenas, daging semur, sambal terasi, dan air minum serbat yang berwarna merah. Sehingga tak heran, kalau setiap berbagai acara seperti pernikahan masyarakat tertarik untuk menggelar saprahan ini. Aspar Aswin dan Usman Djafar adalah dua mantan gubernur Kalbar yang pernah ditangani Fartemi untuk kegiatannya dengan menggunakan tradisi saprahan ini. Tak hanya itu saja, sejumlah anggota MPR/ DPR/ DPD RI pun pernah merasakan hasil karya Fartemi didalam penataan dekorasi ruangan untuk pernikahan putra/putri mereka, sebut saja Oesman Sapta, Ikot Rinding, Asial Salekan, Ir. Zulfadhli, Gusti Hersan Aslirosa, Buchary A Rachman, Sutardmiji, Sabhan A Rasyid, Henri Usman, Bupati Bengkayang, Bupati Kabupaten Pontianak, pejabat provinsi, pejabat kota, tokoh masyarakat/ agama/ adat serta masyarakat umum lainnya. Dan yang terakhir kali, dia diminta untuk menata peralatan makan pada pesta pernikahan Gubernur Cornelis belum lama ini.Selain itu, cucu dari H. Busri (Pendiri pabrik karet pertama di Kalbar yakni Busri Rubber Sheet) ini sering diminta menjadi dewan juri antara lain pada festival bujang dan dare, serta salah satu penggagas festival meriam karbit yang sering digelar di tepian Sungai Kapuas setiap tahunnya. Komitmen dan perjuangannya untuk melestarikan budaya ini berimbas positif terhadap tenaga kerja yang dibutuhkannya. Sejak awal dibukanya tak terhitung berapa banyak tenaga kerja yang direkrutnya untuk bersama-sama mengembangkan dan mempertahankan adat istiadat budaya daerah ini. Sekaligus mendidik mereka untuk mengenal lebih dekat akan kekayaan budaya daerahnya.Tak hanya di dunia seni budaya, dosen FKIP Untan ini pun aktif di dunia pendidikan dan kampus serta organisasi sosial lainnya, seperti di PII (Pelajar Islam Indonesia), AMPI, KNPI, Golkar, Yayasan Supersemar, pendiri Yayasan Bina 45 dan sebagainya. Sehingga tak heran kalau alumni IKIP Bandung ini pun dekat mahasiswanya ketika menjadi dosen.Semoga kecintaan dan kepeduliannya terhadap tradisi budaya daerah dapat diteruskan semua pihak khususnya generasi muda sehingga apa yang dicita-citakan almarhum untuk mengangkat nama daerah di dunia seni budaya tidak sia-sia. "Selamat jalan wahai saudaraku, sahabatku, ayahndaku, semoga engkau tenang di sisiNya. Dan mendapat ridho dari Allah SWT," kata Haitami Salim, Ketua STAIN Pontianak yang juga merupakan teman dekat saat menghadiri penguburan almarhum. (rob)

Ribuan Ton Hasil Buah Kalbar

Pontianak, BERKAT.
Beberapa jenis komoditas buah-buahan yang memiliki potensi cukup besar di Kalbar diantaranya jeruk, pisang, durian, rambutan, nangka-cempedak, nanas dan langsat.Produksi jeruk memiliki peluang cukup besar, setelah terpuruk akibat penyakit serta tata niaga yang kurang tepat. tahun 2001 dan 2002 hanya menghasilkan 863 ton dan 1.161 ton. Terjadi lonjakan yang cukup besarpada produksi jeruk di tahun 2003 yaitu sebesar 53.218 ton dan menanjak lagi di tahun 2005 sebesar 147.478 ton. Tahun 2006 diprediksikan mencapai 150.839 ton. Sentra produksi jeruk Kalbar terdapat di Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang.Untuk pisang selama 2001- 2005 produksinya mencapai 19,49 persen per tahun dengan perbandingan di tahun 2001 64.288 ton dan tahun 2005 mencapai 96.834 ton. Diperkirakan tahun 2006 mencapai 99.849 ton. Sentra produksi pisang terbesar berada di Kota Pontianak. Namun pengusahaan pisang masih berskala rumah tangga atau tumpang sari. Buah Durian mencatat perkembangan yang meyakinkan. Dari tahun 2001- 2005 berkembang sebesar 17.43 persen per tahun. Tahun 2000 mencapai 19.662 ton sedangkan 2005 mencapai 42.455 ton, tahun 2006 diprediksikan mencapai 44.932 ton. Durian merupakan tanaman lama, dan pengolahan industrinya telah berkembang dengan baik. Kalbar menyumbang 67,57 persen dari total produksi Kalimantan. Sentra produksi durian di daerah Ketapang, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau dan Sintang.Kendati produksi selama 5 tahun berfluktuasi, tahun 2004 Kalbar menghasilkan buah rambutan 48.381 ton. di Pulau Kalimantan, Kalbar tetap produsen rambutan terbesar yaitu 56 persen.Nangka-cempedak dari tahun 2001-2005 pertumbuhannya rata-rata mencapai 16,4 persen per tahun. Tahun 2001 mencapai 9.039 ton, sedangkan tahun 2005 mencapai 17.282 ton. Pada tahun 2006 mampu mencapai 14.174,62 ton. Sentra produksinya tersebar di Kabupaten Sanggau menyusul Kabupaten Pontianak, Ketapang dan Bengkayang. Akan tetapi industri pengelolaannya masih belum berkembang di Kalbar sehingga mempengaruhi harga jual di masa panen.Kabupaten Pontianak merupakan sentra produksi nanas dengan jumlah produksi mencapai 65,66 persen. Tahun 2000, produksinya mencapai 2.511 ton sedangkan tahun 2005 mencapai 13.540 ton. Pada tahun 2006 diperkirakan mencapai 14.174,62 ton. Namun industri pengolahannya belum berkembang sehingga mempengaruhi harga saat panen. Diharapkan dalam waktu dekat industri pengolahannya segera terwujud.Produksi langsat di Kalbar berfluktuasi, tahun 2000 mencapai 5.561 ton sedangkan tahun 2002 mencapai 8.046 ton namun tahun berikutnya naik turun sehingga produksinya di tahun 2005 5.745 ton dan ditahun 2006 diprediksikan mencapai 8.858 ton. Sekitar 38,24 persen langsat berada di Kabupaten Pontianak yang terkenal dengan nama langsat Punggur. (rob)

Kekayaan Alam dari Bumi Sintang


Pontianak, BERKAT.

Kabupaten Sintang mempunyai potensi bahan galian mineral atau pertambangan yang sangat potensial untuk dikembangkan akan tetapi hingga saat ini baru beberapa sumber daya alam yang tergali.Terdapat empat jenis potensi pertambangan yang terindikasi tersebar di Kabupaten Sintang yaitu, pertama, bahan mineral logam berupa air raksa yang terdapat di Kecamatan Ketungau Hilir dan Ketungau Tengah, emas terdapat di Sungai Melawi, Kecamatan Sintang, Kecamatan Dedai, Desa Sungai Empanang dan Sungai Sebawak, Sungai Keronang di Kecamatan Ketungau Hilir, Sungai Senaning (2 lokasi) di Kecamatan Ketungau Hulu, Sungai Tempunak Kecamatan Tempunak, Sungai Serawai, perak terdapat di Nanga Toe Sungai Ketungau yang hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki yang memakan waktu setengah jam perjalanan di Kecamatan Ketungau Hilir serta Sungai Melawi Kecamatan Dedai, Sungai Empawang dan Sungai Entagak Kecamatan Ketungau Hilir.Kedua, bahan mineral industri berupa, mika yang terdapat di Sili Kecamatan Sepauk dan Bukit Kemintung Kecamatan Sintang, dan pasir kuarsa terdapat di Gandis Kecamatan Dedai. Ketiga, bahan mineral kontruksi seperti andesit di Gunung Gembah Kecamatan Sintang dengan cadangan 300 miliar ton, Bukit Kelam Kecamatan Kelam Permai dengan cadangan lebih dari 200 miliar, Gunung Luit Kecamatan Sintang dengan cadangan lebih dari 25 miliar ton, Gunung Rentap Kecamatan Sintang dengan cadangan lebih dari 200 miliar ton, Gunung Labu Kecamatan Dedai dengan cadangan sebesar 100 miliar ton, Gunung Saran Kecamatan Tempunak dengan cadangan sebesar 100 miliar ton, Bk. Kedang Kec. Ketungau Hilir cadangan sebesar > 25 miliar, Nanga Dedai Kecamatan Dedai cadangan sebesar 25 miliar ton, basal terdapat di Condong, Langka, Belitung, Sandar Kecamatan Ketungau Hulu sebesar 3.000 miliar ton serta granit terdapat di Hulu Sungai Jelimbu Kecamatan Tempunak sebesar 200 miliar. Keempat, bahan mineral energi seperti, batubara terdapat di Senaning, Boyan, Sungai Pangkalan, Sungai Belitang, Kampung Emparu, Bangkit dengan kadar 4795-7440 kl/gr, Dusun Span dan Dusun Kiam Sejawa dengan kadar 4900 - 7800 kl/gr Kecamatan Ketungau Hulu dengan cadangan keseluruhan 13.670.000 ton, Desa Merakai, Sungai Peturan, Sungai Jirak, Sungai Pedian, Sungai Kulan dan Hulu Sungai Seluah dengan kadar 7075 dan cadangan sebesar 18 juta ton di Kecamatan Ketungau Tengah, Bukit Alat Kecamatan Kayan Hulu dengan kadar 7400-8280 dengan cadangan 13 juta ton dan gambut terindikasi di Kecamatan Sintang, Tempunak dan Kecamatan Dedai serta sumber air panas terindikasi terdapat di Kecamatan Ketungau Tengah. Perusahaan Pemegang Kuasa Pertambangan (KP) di Kabupaten Sintang antara lain, PT. Yama Bumi Palaka yang telah eksplorasi dengan luas area 81.860 hektar di lokasi Kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah, dengan bahan galian batubara, PT. Cipta Usaha Tani dengan tahapan KP eksplorasi KW 98JPN070 dengan luas area 10.470 di lokasi Kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah dengan bahan galian batubara. (rob)

Sulap Lahan Tidur Menjadi Jungkat Beach


Pontianak, BERKAT.

Objek wisata Jungkat Beach di Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak yang terletak lebih kurang 19 kilometer dari Kota Pontianak memang masih baru.Terdorong dari satu keinginan memberikan tempat wisata yang bernuansa alam, sejak tahun 2004 lalu Tjandra Winto, Pengelola Jungkat Beach, telah mengubah lahan tidur yang seluas 10 hektar tersebut menjadi sebuah tempat yang memiliki satu daya tarik tersendiri bagi para pengunjung atau wisatawan yang ingin datang untuk menikmati Jungkat Beach (Pantai Jungkat). "Apalagi jarak dari Kota Pontianak tidak terlalu jauh, hanya 30 menit sudah sampai di lokasi dengan motor atau mobil," tutur Tjandra kepada BERKAT beberapa waktu lalu.Ketertarikannya Tjandra untuk mengelola Jungkat Beach ini lantaran dia melihat ada beberapa kelebihan yang dimiliki di lokasi tersebut antara lain, merupakan titik akhir muara sungai terpanjang di Indonesia, bahkan salah satu terpanjang di dunia yakni Sungai Kapuas yang langsung berhadapan dengan Laut Cina Selatan."Disamping itu ketika sore hari, para pengunjung dapat mengabadikan dan menikmati keindahan sunset yang dapat dilihat langsung melalui Jungkat Beach ini. Apalagi pengunjung dapat juga melihat berbagai jenis kapal yang masuk dan keluar baik dari dan ke Pontianak," tuturnya.Kendati demikian ia mengakui masih ada beberapa fasilitas yang harus dibenahi sebagai bentuk satu pelayanan terhadap pengunjung yang akan datang. Misalnya kolam renang, jet sky, parasering, mainan anak-anak, penginapan dan lain-lain. Apalagi ditempat tersebut memiliki kolam untuk bermain waterbug yang airnya sangat jernih sehingga dasar kolam yang bersifat alami tersebut dapat terlihat.Fasilitas yang belum terwujud itu dikarenakan faktor modal untuk mendanai pembangunannya. Belum lagi, pengetahuan dirinya tentang kepariwisataan masih minim, padahal keinginannya untuk mengelola dan membangun daerah dibidang pariwisata sangat besar guna membantu program pemerintah dalam rangka menuju Kalbar Tourism 2010."Apalagi masyarakat setempat menyambut baik dengan adanya Jungkat Beach karena diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran dengan menciptakan lapangan pekerjaan serta memberikan kontribusi bagi daerah untuk meningkatkan perekonomian dan pembangunan dari sektor pendapatan asli daerah (PAD)," ucapnya.(rob)