Kamis, 01 Oktober 2009

Tangkap Penggagas Seruan Pontianak

Pontianak, BERKAT.
Belasan tokoh yang berasal dari beberapa elemen masyarakat Dayak dan Melayu di Kalbar, Rabu (30/9) siang kemarin bertemu Kapolda Kalbar yang diterima di ruang pertemuan untuk melaporkan dan memprotes keras iklan perdamaian bertajuk "Seruan Pontianak" yang dimuat di tiga media lokal pada Senin (28/9) lalu.
Mereka di antaranya Drs. H. Syamsul Rizal Dewan Penasihat Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalbar, Rosadi Jamani dari Lembaga Adat Melayu Serantau (LAMS), Sy. Amin Alkadri dari Majelis Musyawarah Istana Kadariah Kesultanan Pontianak, M. Yani tokoh Pemuda Melayu Kubu Raya, Thadeus Yus Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar, Yakobus Kumis, Petrus SA dari Front Pembela Dayak Kalbar, Martinus Sudarno serta Hasan Tambli.
Mereka meminta Kapolda Kalbar Brigjen Pol Drs. Erwin TPL Tobing untuk menangkap dan memeriksa Andreas Harsono, Nur Iskandar dan W. Suwito, tiga orang yang diduga kuat sebagai penggagas Seruan Pontianak yang cukup meresahkan masyarakat Kalbar itu.
"Kami sangat tersinggung dengan bahasa-bahasa yang ditampilkan pada iklan tersebut. Ini jelas dapat merusak tatanan keharmonisan, kemananan dan keakraban di Kalbar yang sudah terjalin," kata Syamsul Rizal.
Teman-teman di Kabupaten Sambas, ia katakan bertanya-tanya ada apa lagi sebenarnya ini. Kenapa muncul lagi di media massa. Siapa yang mendalanginya. Akhirnya mulai muncul kecurigaan antara etnis yang satu dengan etnis yang lain.
"Kapolda harus tegas, tangkap para penggagas Seruan Pontianak ini. Gubernur Kalbar kami juga meminta untuk melakukan pertemuan lintas etnis dan para tokoh setiap enam bulan sekali," katanya.
Ditambahkan Sy. Amin Alkadri dari Majelis Musyawarah Istana Kadariah Kesultanan Pontianak menilai seruan tersebut sudah sangat meresahkan masyarakat dan membohongi publik dimana banyak nama-nama yang dicatut. Ia mengaku sudah telepon ke Andreas Harsono untuk menanyakan apa motifnya dan siapa yang mendanainya.
"Tapi jawabannya bertele-tele dan tak jelas. Aksi ini jelas mengandung unsur provokatif. Kami harapkan Kapolda menangkap Andreas Harsono, Nur Iskandar dan W. Suwito sebagai penggagas. Apalagi sekarang ini telepon ketiganya semua dimatikan tidak ada satu pun yang aktif," tegasnya.
Sementara Thadeus Yus Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar mengkhawatirkan iklan tersebut akan mendapat tanggapan yang negatif lebih luas di kalangan masyarakat bawah. "Ini bersifat provokatif. Kami mencegah masyarakat Dayak terprovokasi. Prinsipnya kami prihatin dan kecewa," ujarnya.
Dia juga menyayangkan simbol-simbol yang tak wajar pada iklan tersebut yakni adanya gambar tengkorak. Dimana menurutnya Kalimantan sepertinya menakutkan dengan disimbolkan gambar tengkorak.
Yakobus Kumis meminta harus ada permintaan maaf melalui media massa dari yang bersangkutan. "Apalagi ini sangat rawan karena sudah tersebar juga melalui situs internet. Artinya sudah sampai ke penjuru dunia," tuturnya.
Menanggapi pernyataan dari elemen tokoh masyarakat Dayak dan Melayu itu, Kapolda Kalbar, Brigjen Pol Drs. Erwin TPL Tobing meminta semua pihak tetap tenang.
"Jangan terpancing dalam area konflik. Jangan terprovokasi. Jangan terjebak dalam satu diskusi yang tak jelas. Dan jangan ambil tindakan sendiri karena orang lain akan tertawa," tuturnya.
Kapolda memastikan Kalbar bukan daerah yang rawan. Kalbar tetap aman. Kejadian pada masa lalu bukanlah suatu peristiwa yang membawa etnis namun hanya sebuah kasus sosial.
"Saya akan mencari orang-orang yang dianggap sebagai penggagas untuk dimintai klarifikasi dan mempertanggung jawabkan perbuatannya. Saya sedang mengkaji apakah aksi ini masuk dalam unsur pidana atau tidak," tuturnya.
Kapolda mengaku dirinya heran dan terkejut ketika iklan tersebut muncul di media. Dalam hatinya bertanya-tanya, apa motif dan diduga kuat pihak asing mendanai aksi tersebut.
"Jelas ini pasti ada yang mendanainya. Bisa saja dapat dari luar negeri. Tapi saya cermati iklan ini pembualan. Tidak berbobot. Tidak ada artinya. Apalagi dapat darimana data-data yang ditampilkan. Lantas siapa Andreas ini. Saya minta dia datang. Kalau dia tidak datang dia pengecut," tegas Kapolda dengan nada tinggi.
Dalam teleconfrence terhadap semua kapolres dan kapoltabes, dia telah memerintahkan untuk meningkatkan patroli dan sampaikan ke masyarakat agar tidak terpancing. (rob)