Jumat, 07 Agustus 2009

Dipindahkan Mendadak Tony Wong Diborgol


Pontianak, BERKAT.
Kamis (6/8) pukul 08.15 wib, terdakwa illegal logging Tony Wong (TW) tiba di Bandara Supadio Pontianak. Narapidana Lapas Kelas IIB Ketapang ini terbang dari Bandara Rahadi Oesman Ketapang pukul 07.45 wib menggunakan pesawat Kal Star flight pertama.
Untuk membawa TW keluar dari pesawat di Bandara Supadio, terkesan sudah diatur. Dua bis milik Angkasa Pura yang biasa menjemput penumpang dari pesawat sepertinya akan mengecoh. Seolah-olah bis kedua yang membawa TW namun ternyata bis yang pertama.
Tanpa membawa bekal pakaian, TW hanya mengenakan jaket biru yang dilapisi kaos berkerah dengan setelan celana kain berwarna coklat. Bahkan hanya menggunakan sandal tanpa sepatu. TW sepertinya dibawa tergesa-gesa tanpa adanya persiapan.
Dia tampak santai meskipun dikawal ketat oleh petugas kepolisian bersenjata lengkap dan dari Polsus Lapas. Seraya menghisap sebatang rokok ia menyatakan tidak menikmati penerbangannya selama 30 menit itu. Dari raut wajahnya kelihatan TW penasaran dan marah. Lantaran perpindahan dirinya dari Lapas Kelas IIB Ketapang ke Lapas Kelas IIA Pontianak Sui Raya tidak ada pemberitahuan dan mendadak.
"Saya tidak diberitahu mau dipindahkan. Tiba-tiba tadi pagi (kemarin,red) saya langsung dibawa ke bandara. Ada apa ini. Saya akan complain," kesal Tony Wong.
Kepada wartawan Tony Wong menyatakan akan mengajukan protes. Menurutnya jelas perlakuan yang didapatnya telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Semestinya, dirinya berhak diberitahu sebelum dilakukan perpindahan.
Mobil kijang hijau bernomor plat KB 9930 A langsung meluncur cepat menuju ke Lapas Kelas IIA Pontianak, TW langsung ditempatkan di ruang Masa Pengenalan Lingkungan (Mapenaling).
Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Hukum dan Ham Kalbar, Djoko Hikmahadi mengaku perpindahan tersebut memang sengaja tidak diberitahukan kepada yang bersangkutan atau pun Kuasa Hukumnya.
"Ketentuannya bisa itu dikarenakan permohonan yang bersangkutan atau bisa juga dengan berbagai pertimbangan salah satunya keamanan. Jadi tidak harus diberitahukan," jelas Djoko yang merujuk Gunawan Santoso yang dipindahkan dari LP Cipinang ke Nusakambangan tanpa pemberitahuan.
Alasan dipindahkannya TW, dikatakan Djoko lantaran faktor keamanan pasca masuknya tiga perwira polisi ke Lapas Kelas IIB Ketapang.
"Laporan dari Kalapas berdasarkan pantauan intel kita di dalam, situasi di Lapas memanas. Jadi daripada terjadi sesuatu yang tidak tahu kapan waktunya, lebih baik kita antisipasi dari sekarang," paparnya.
Djoko juga tidak membantah kalau perpindahan itu dikarenakan adanya indikasi TW yang memprovokasi aksi mogok makan narapidana lainnya, sehingga menyebabkan anggota Komnas HAM pusat datang ke Ketapang.
Dia juga membantah tidak ada pesanan khusus dari pihak ketiga.
"Jadi perpindahan tetap kita koordinasi dengan Polres, Polda dan Kejaksaan serta Pengadilan," ujarnya.
Saat ini penjagaan di Lapas Kelas IIB Ketapang diperketat. Pihak Lapas meminta bantuan keamanan dengan Polres Ketapang secara tertutup. (rob)

Cabut Wacana Relokasi Warga Dabung

Kubu Raya, BERKAT.
DPRD Kubu Raya menyesalkan statemen yang dikeluarkan Kepala Dinas Kehutanan Kubu Raya yang akan merelokasi warga Dabung.
"Segera cabut wacana itu. Sama saja ini telah melanggar hak-hak dari masyarakat yang telah mendiami Dabung puluhan tahun," tegas Hasanah, S.Pd dari Fraksi Golkar.
Menurut Hasanah, Dinas Kehutanan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat Desa Dabung yang telah ditetapkan menjadi tersangka sebanyak 51 orang.
Gubernur Kalbar kata dia pernah melakukan panen raya di tambak udang yang ada di Desa Dabung. Bahkan sepulang dari sana, membawa oleh-oleh berupa ikan hasil panen raya.
"Apa ini tidak aneh. Artinya gubernur sudah tahu tapi ternyata masyarakat dianggap salah bahkan telah ditetapkan tersangka," ujarnya.
Ia tegaskan dengan adanya wacana relokasi itu semakin membuat masyarakat di sana semakin resah dan tidak tentu pasal kehidupannya. Padahal itu kampung halaman mereka sendiri.
Sikap yang sama juga dilontarkan Fraksi PPP. Fraksi berlambang Ka'bah ini meminta harus dikaji lagi penetapan kawasan Dabung sebagai kawasan hutan lindung. Dan semestinya, masyarakat disana juga dilakukan pembinaan.
Begitu pula Fraksi PDIP yang menyatakan prihatin dengan kasus Dabung yang berlarut-larut, bahkan masyarakat yang menjadi korban sehingga ditetapkan menjadi tersangka.
"Perlu sikap yang arif dan bijak untuk menyelesaikan kasus Dabung. Bentuk panitia khusus. Karena banyak dampak ekonomi dan sosialnya yang terjadi di sana jika tidak segera diselesaikan," tegas juru bicara Fraksi PDIP.
Mereka katakan itu didepan bupati, wakil bupati dan kepala dinas saat menyampaikan Pendapat Akhir Raperda RPJMD Kubu Raya 2009 - 2014 di kantor DPRD Kubu Raya.
Menanggapi pernyataan anggota DPRD tersebut, Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan membantah dan memastikan tidak akan pernah ada wacana relokasi untuk warga Dabung.
"Saya kira ada kesalahan dalam penjelasan itu saja. Mereka tidak akan direlokasi. Mungkin maksudnya usaha-usaha yang ada di sana," kata Muda tanpa menyebutkan pasti usaha yang dimaksud.
Lantas penetapan kawasan hutan lindung. Bupati Muda menyebutkan hal itu sudah ada sejak sebelum dimekarkannya Kubu Raya dari Kabupaten Pontianak. Sedangkan terhadap 51 orang masyarakat Dabung yang ditetapkan tersangka.
"Akan kita koordinasikan lagi dengan dinas terkait," katanya singkat. (rob)

Akibat Asap 22 Warga Dirawat

Pasien ISPA Tertinggi Anak-anak

Pontianak, BERKAT.
Sebanyak 22 warga Pontianak terpaksa dirawat di rumah sakit setempat yang diduga akibat kabut asap yang melanda kawasan itu dalam sepekan terakhir.
Dokter Spesialis Paru-paru Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedarso Pontianak, dr. Abdul Salam, kepada pers, Rabu, mengatakan dalam dua pekan ini pihaknya telah merawat sekitar 22 pasien asma akibat kabut asap yang melanda Kota Pontianak.
"Rata-rata pasien asma yang dirawat mengalami gangguan saluran pernapasan akibat kabut asap yang melanda Kota Pontianak dan sekitarnya sejak dua pekan terakhir," kata Abdul Salam. Ia menjelaskan, dengan ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) yang sudah masuk kategori sangat berbahaya bagi kesehatan, maka masyarakat yang punya riwayat asma adalah golongan yang paling rawan mengalami ISPA (Inspeksi Saluran Pernapasan Atas).
"Kabut asap yang melebihi ambang batas saat ini sangat berbahaya bagi masyarakat yang menderita asma karena bisa menyebabkan penyempitan saluran pernapasan," kata Abdul Salam.
Ia mengingatkan, asap dalam jangka pendek memang bisa menyebabkan ISPA, tetapi dalam jangka panjang bisa menyebabkan asma akut. Untuk pencegahan usahakan sebisa mungkin terhindar dari udara yang bercampur asap.
"Kalaupun harus ke luar rumah gunakanlah penutup mulut dan hidung yang sebelumnya dibasahi agar partikel debu yang dibawa udara bisa melekat dalam masker tersebut," katanya.
Untuk pencegahan, masyarakat diimbau melakukan pola hidup sehat, ke luar rumah menggunakan masker, dan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran serta buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C, kata Abdul Salam.
Sementara itu salah seorang petugas pemeriksa Puskesmas Kampung Bangka mengatakan kondisi udara di Kota Pontianak semakin hari kian menunjukan katagori sangat berbahaya. Masyarakat yang terkena serangan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pun semakin meningkat setiap harinya.
"Kebanyakan yang menderita ISPA kalangan anak-anak. Rata-rata jumlah pasiennya mencapai 15 sampai 20 orang per hari ketimbang hari biasa," katanya.
Data Puskesmas Kampung Bangka menunjukan dalam seminggu terakhir, anak-anak adalah yang paling tertinggi penderita ISPA. Secara umum terjadi kenaikan yang siginifikan jumlah pasien yang berobat di Puskesmas Kampung Bangka. Minggu 20-25 bulan Juli sebanyak 98 pasien. Namun semakin bertambah hingga mencapai 144 pasien sejak minggu 1-5 Agustus.
Menurut dr. Kristin, dokter Puskesmas Kampung Bangka, anak-anak sangat rentan akan penyakit ISPA. Terlebih dengan kondisi cuaca yang sangat berbahaya.
"Faktor penyebab ISPA selain dari asap juga bisa dari kuman, virus, bakteri, serta polusi lingkungan. Tapi akhir-akhir ini besar kemungkinan yang berobat bisa saja penyebabnya asap," tutur dr. Kristin.
Ia menyebutkan ada tiga metode pengobatan yang dilakukan. Antara lain supotif yakni meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara istirahat cukup, makan minum yang bergizi serta santitasi lingkungan.
Kemudian simptomatik, yakni mengobati sesuai dengan gejala yang diderita si pasien, misalnya ketika panas diberi obat penurun panas, atau batuk dan pilek. Dan kausa atau melihat dari penyebabnya. Apakah itu dikarenakan bakteri maka diberi obat antibiotik. Selain itu juga dilakukan terapi edukasi untuk pencegahan.
"Jadi kami imbau masyarakat untuk tidak keluar pada jam-jam yang kondisi udaranya berbahaya apalagi membawa anak-anak," ujarnya.
Sementara Pon orang tua Rizky mengeluh anaknya yang berusia 4 tahun telah tiga hari menderita batuk pilek disertai demam. "Sebelumnya tak pernah. Bisa juga karena kondisi cuaca yang berkabut," tukasnya.
Data Dinas Kesehatan Kota Pontianak, dari Januari hingga Juli, minggu ke-28 tercatat sebanyak 37.239 kasus ISPA, yang terdiri dari Kecamatan Pontianak Barat 8.927 kasus, Pontianak Utara 8.857 kasus, Pontianak Timur 7.566 kasus, Pontianak Kota 6.661 kasus, Pontianak Selatan 4.081 kasus, dan pontianak Tenggara 903 kasus.
Dian (26), warga Jalan Alianyang Pontianak Kota, ketika dihubungi mengatakan, akibat kabut asap yang melanda Kota Pontianak, telah menyebabkan penyakit asmanya kambuh sehingga ia butuh sekitar Rp500 ribu dalam satu minggu untuk berobat.
"Kalau musim asap begini, asma saya pasti kambuh. Apalagi kerjaan saya di lapangan sehingga rentan mengalami ISPA," ujarnya.
Dian berharap, permasalahan asap yang rutin terjadi di Kota Pontianak dan pada umumnya di Provinsi Kalimantan Barat bisa segera teratasi agar tidak mengganggu kesehatan masyarakat terutama yang punya riwayat penyakit asma.
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Kalimantan Barat, telah mengumumkan keadaan ISPU di Kota Pontianak dan sekitarnya masuk kategori sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, akibat pembakaran hutan dan lahan di provinsi itu. (rob)

12 Orang Penumpang Dikhawatirkan Flu Babi

Pontianak, BERKAT.
Kalbar sepertinya belum bisa tenang dari penyebaran penyakit flu A H1N1 atau Flu Babi. Lantaran, sebanyak 12 orang penumpang yang pulang satu bus dengan Lu akan diperiksa.
"Kita akan periksa lagi penumpang Damri yang pada tanggal 29 Juli sekitar pukul 8.30 hingga 11.00 wib lalu bersama Lu masuk melalui PPLB Entikong. Kita khawatir di antara 12 orang itu ada yang terjangkit," kata Rosita, Koordinator Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Pontianak Wilayah Kerja Entikong, ketika dihubungi BERKAT via ponsel kemarin siang.
Ia katakan itu dimaksudkan agar tidak merambah hingga lebih banyak lagi korban yang berjatuhan. Antisipasi lain saat ini di Entikong lebih diperketat pemeriksaannya dengan menggunakan thermo meter digital.
"Kami juga harapkan adanya kerja sama dari semua pihak yang melintasi PPLB Entikong untuk dilakukan pemeriksaan. Semua patut waspada. Ini tidak hanya petugas kesehatan saja, tapi semua masyarakat terutama yang menggunakan PPLB Entikong," tuturnya.
Diketahui Lu asal Kalbar berprofesi sebagai penyanyi di Malaysia. Namun sepulang dari negeri Jiran itu pada 28 Juli lalu, ia terdeteksi oleh petugas KKP Entikong terinfeksi H1N1.
Kontan saja ia pun dilarikan ke RSUD dr. Soedarso. Bahkan ia pun telah dinyatakan positif menderita H1N1 setelah sampel darah yang dikirimkan ke Litbangkes Departemen Kesehatan keluar.
Kasus Lu merupakan kasus pertama yang terjadi di Kalbar. Sedangkan Kalimantan Barat sendiri termasuk 1 dari 20 provinsi yang penyebaran H1N1-nya sangat cepat.
Namun, belum hilang kasus Lu. Dua petugas KKP Entikong, RIF dan EL diduga terinfeksi H1N1, dengan gejala demam, batuk, pilek dan suhu badan 37 derajat celsius.
Keduanya pun dilarikan ke RSUD dr. Soedarso pada Senin (3/8) lalu. Keduanya merupakan petugas yang pernah kontak langsung dengan Lu karena mereka yang menangani Lu ketika di Entikong.
Akan tetapi Lu pada siang hari, beberapa jam sebelum keduanya masuk, diperbolehkan pulang. Namun tetap dalam pengawasan yang ketat dari Dinas Kesehatan.
Sementara itu ketika dihubungi via ponsel, Kepala Cabang PT Damri, Ferdik Sakona terkejut dengan berita tersebut.
"Saya belum tahu. Karena saya di Jakarta beberapa hari menghadiri acara," katanya.
Pun demikian ia tetap terbuka untuk dilakukan pemeriksaan terutama terhadap para supir yang ketika itu membawa bis bersamaan dengan Lu. Memang sebelumnya ia mengaku telah mengimbau kepada para supir untuk hati-hati.
"Berikan juga imbauan kepada penumpang untuk gunakan masker jika terjadi gejala demikian," katanya seraya mendukung jika perlu dilakukan pemeriksaan lagi terhadap penumpang atau supir yang bersangkutan. (rob)