Minggu, 22 November 2009

Morkes Calon Kuat, Diprediksi 1 Putaran?

//Teks: Morkes bersama Akbar Tanjung dan Aburizal Bakri keluar bersama usai pembukaan Musda VIII Partai Golkar di Gedung Zamrud, kemarin. FOTO: ROBBY//

Pontianak, BERKAT.
Kendati tiga calon yang diketahui siap maju pada pemilihan Ketua DPD Partai Golkar Kalbar, namun bunyi genderang perang yang paling kuat dilontarkan yakni dua kandidat yaitu Morkes Effendi dan Tambul Husein.
Kedua kandidat tersebut, masing-masing telah melakukan lobi-lobi politik terhadap sejumlah 18 suara yang berhak memberikan suaranya. Namun dari ke-18 suara itu akan berkurang 1 suara yakni dari DPP yang diperkirakan netral untuk menjaga independensi. Hal ini tergambar dari pemandangan umum tadi malam, hampir semua peserta mendukung agar DPP netral. Termasuk Mantan Ketua DPD Golkar Kalbar juga menekankan agar DPP mengakomodir keinginan sebagian besar peserta untuk netral.
Sementara 17 suara lainnya terdiri dari 14 suara kolektif ketua dan sekretaris DPD tingkat II dan tiga suara terdiri dari organisasi pendiri, organisasi yang didirikan, organisasi sayap.
Morkes Effendi, yang juga Ketua DPD Golkar Ketapang, kemungkinan memiliki peluang terbesar dan sebagai calon kuat memperebutkan bursa ketua Partai Berlambang Pohon Beringin tersebut. Persyaratkan calon ketua harus mendapatkan minimal 30 persen suara.
Karena itu, kalangan pengamat memprediksi sampai tadi malam orang nomor satu di Bumi Ale-ale itu, dapat meraih 11 suara, yaitu dari DPD Golkar Ketapang, KKU, Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak, Sambas, Singkawang, Sekadau, Melawi, organisasi pendiri, organisasi yang didirikan serta organisasi sayap. Hal ini disebabkan koalisi Prabasa (Sambas) - Rachmat Satria (Kab. Pontianak) mengalihkan suaranya ke Morkes.
Dari pemandangan umum tadi malam, tergambar pula dua Kabupaten yang mencalonkan dua nama yaitu Tambul Husein dan Morkes. Kepada Kabupaten ini tidak menutup kemungkinan lari ke Morkes juga. Dengan demikian, kemungkinan untuk satu putaran bisa saja terjadi.
Sementara Tambul Husein meraih 6 suara dari DPD Golkar Kapuas Hulu, Sintang, Sanggau, Landak, Bengkayang, dan Kubu Raya. Dua kabupaten mengusung dua nama yaitu Tambul dan Morkes. Ini masih bisa dikatakan 'abu-abu'.
Kemungkinan kekuatan itu bakal bertambah, ini setelah melihat antara Ketua DPP dan Dewan Pertimbangan yakni Aburizal Bakri dan Akbar Tanjung diantar keluar oleh Morkes Effendi dari Gedung Zamrud usai membuka Musda VIII, kemarin.
Ketiga tokoh itu langsung disambut kader Golkar yang notabene massa yang mengenakan pakaian pendukung Tambul Husein. Massa yang diperkirakan lebih dari seribu orang, berusaha mendekat. Meskipun satgas Generasi Muda FKPPI yang diback up aparat kepolisian telah membentuk barikade namun tak dapat membendung massa yang ingin bersalaman dengan tiga tokoh tersebut.
"Hidup Ical. Hidup Akbar. Hidup Morkes. Hidup Golkar," teriak massa serentak.
Memang belum dapat dipastikan Morkes dapat merebut kemenangan. Namun fakta berbicara lain yang tak dapat dipungkiri lagi, kalau melihat dari peta kekuatan politik yang ada tidak meleset. Sepertinya Morkes telah mendapat dukungan penuh untuk menjadi orang nomor satu di Partai Golkar Kalbar periode 2009 - 2014.
Dalam janji politiknya, dia telah menyatakan tekadnya untuk membangkitkan kembali marwah Golkar yang dinilai saat ini mulai meredup.
"Atas dukungan dari segenap unsur lembaga yang ada di tubuh Partai Golkar Kalbar, saya akan tampil sebagai calon ketua DPD Partai Golkar Kalbar. Ketegasan sikap ini saya sampaikan sebagai bukti komitmen dalam membangun dan membangkitkan kembali marwah Golkar," tegasnya.
Gerakan rekonsoliasi dan rekonstruksi partai akan dia lakukan karena melihat selama ini Golkar berjalan dengan kurang mempertimbangkan analisis SWOT, yaitu Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang) dan Threath (Hambatan).
Morkes juga memastikan akan mengakomodir soal keterwakilan perempuan, etnis serta agama. Dengan prinsip keadilan yang proporsional serta professional menjadi satu kesatuan yang utuh.
"Ini modal dasar Golkar meraih kemenangan di pelaksanaan pilkada, pileg serta pilpres. Dan satu hal yang perlu di garis bawahi disini, Golkar adalah partai yang terbuka, nasionalis serta religius. Golkar bukan partainya orang Dayak, Melayu, Jawa, Bugis dan lain sebagainya. Adalah sebuah kesalahan besar jika ada pemimpin yang mengesampingkan keanekaragaman itu," tegasnya.
Dia berterima kasih dan terharu mendapat dukungan dari level akar rumput yang merupakan manifestasi dari keinginan rakyat yang rindu akan perubahan serta pembaharuan di tubuh partai Golkar. Perlu di ketahui bersama bahwa kekuatan ril dari sebuah partai itu terletak di level akar rumput, bukan di kalangan elit. Oleh karenanya, akar rumput harus di berdayakan. Pemberdayaan yang sama juga berlaku untuk organisasi sayap (AMPG dan KPPG), ormas yang mendirikan Golkar (Kosgoro, MKGR, Soksi) serta ormas yang didirikan Golkar (AMPI, AWK, MDI, dan Laskar Ulama).
Sementara itu dari kubu Tambul Husein, berjanji akan melakukan perubahaan. Dia berkeinginan untuk merubah manajemen Partai Golkar sesuai dengan Prestasi, Dedikasi, Loyalitas dan Tidak tercela (PDLT) yang selama ini merupakan manajemen 'tusuk sate'.
Makanya, Tambul berkeinginan untuk mengangkat masa-masa kejayaan Partai Golkar.
"Saya ingin mengembalikan masa kejayaan Partai Golkar, apalagi saat ini suara Partai Golkar di Kalbar sangat menurun," tegasnya.
Untuk itu, dirinya akan mengurus organisasi Partai Golkar berdasarkan proposional dan profesional. Yakni dapat menempatkan Partai Golkar pada jalur yang benar, karena Golkar merupakan partai politik, bukannya yayasan kematian. Sehingga dirinya menaruh harapan agar kedepan semua kader Golkar menganggap masuknya dirinya ke Partai Golkar merupakan jalan hidupnya.
"Kalau mau mencalonkan diri menjadi ketua, mari bersaing secara sehat melalui PDLT. Jangan masuk belum jelas, tiba-tiba sudah mau jadi ketua," ujarnya.(rob)

Morkes Bertekad Bangkitkan Marwah Golkar

Pontianak, BERKAT.
H Morkes Effendi SPd. MH menyatakan dirinya siap untuk tampil sebagai calon Ketua DPD Partai Golkar Kalbar periode 2009-2014 pada Musyawarah Daerah Partai Golkar yang akan digelar mulai besok, Kamis (20/11).
Bupati Ketapang ini menyatakan tekadnya untuk membangkitkan kembali marwah Golkar yang dinilai saat ini mulai meredup.
"Atas dukungan dari segenap unsur lembaga yang ada di tubuh Partai Golkar Kalbar, saya akan tampil sebagai calon ketua DPD Partai Golkar Kalbar. Ketegasan sikap ini saya sampaikan sebagai bukti komitmen dalam membangun dan membangkitkan kembali marwah Golkar," tegasnya.
Visi dan misi yang diembannya yakni mempertahankan Partai Golkar sebagai partai besar. Sedangkan misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah melakukan gerakan rekonsoliasi dan rekonstruksi partai.
"Tindakan ini saya pilih karena saat ini Golkar berjalan dengan kurang mempertimbangkan analisis SWOT, yaitu Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang) dan Threath (Hambatan). SWOT merupakan sebuah teknik analisis untuk mengetahui bagaimana kondisi organisasi yang bersangkutan saat ini, serta bagaimana pula kondisi yang akan dihadapinya ke depan. Strength dan weakness berhubungan dengan kondisi intenal kepartaian, sedangkan opportunity dan threath berhubungan dengan kondisi eksternal," jelasnya.
Akibat dari kurangnya penerapan analisa SWOT dalam tubuh Golkar Kalbar, sehingga muncullah faksi-faksi yang tidak jelas kepentingannya. Untuk menyatukan mozaik faksi yang ada, saya berniat melakukan rekonsoliasi dan rekonstruksi partai. Caranya adalah dengan mengajak semua faksi untuk berdialog dari hati ke hati.
Morkes juga memastikan akan mengakomodir soal keterwakilan perempuan, etnis serta agama. Dengan prinsip keadilan yang proporsional serta professional menjadi satu kesatuan yang utuh.
"Ini modal dasar Golkar dalam meraih kemenangan di pelaksanaan pilkada, pileg serta pilpres. Dan satu hal yang perlu di garis bawahi disini, Golkar adalah partai yang terbuka, nasionalis serta religius. Golkar bukan partainya orang Dayak, Melayu, Jawa, Bugis dan lain sebagainya. Adalah sebuah kesalahan besar jika ada pemimpin yang mengesampingkan keanekaragaman itu," tegasnya.
Dia merasa bersyukur dan terharu mendapat dukungan dari level akar rumput yang merupakan manifestasi dari keinginan rakyat yang rindu akan perubahan serta pembaharuan di tubuh partai Golkar. Perlu di ketahui bersama bahwa kekuatan ril dari sebuah partai itu terletak di level akar rumput, bukan di kalangan elit. Oleh karenanya, akar rumput harus di berdayakan. Pemberdayaan yang sama juga berlaku untuk organisasi sayap (AMPG dan KPPG), ormas yang mendirikan Golkar (Kosgoro, MKGR, Soksi) serta ormas yang didirikan Golkar (AMPI, AWK, MDI, dan Laskar Ulama).
Dia melihat, peran organisasi yang ada di tubuh Golkar itu saat ini belum diberdayakan secara maksimal. Mereka cendung sebagai objek pelengkap dan penderita. Padahal, mereka memiliki visi dan misi sendiri. Untuk itu, mereka harus diberdayakan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Ingat, one man one vote.
"Jika saya terpilih sebagai ketua Golkar, konsep kepemimpinan politik multikultural akan saya terapkan. Sebagai seorang budayawan, tentu akan berpegang pada adat dan budaya. Apalah arti kehidupan maju dan modern jika kita tidak beradat dan berbudaya yang bersifat universal," tuturnya.
Dia pun berjanji untuk membawa Golkar kearah yang lebih baik. Sikap ini tentunya sejalan dengan arahan pusat tentang pemenangan Golkar di pelaksanaan Pilkada, Pileg serta Pilpres. Untuk merealisasikan target itu, dirinya akan menjalin koordinasi serta rekonsolidasi dengan sejumlah unsur pimpinan yang ada di tubuh Golkar Kalbar.
"Selain itu, saya akan memberdayakan kader-kader potensial Golkar untuk nantinya diorbitkan ke tingkat yang lebih tinggi," janjinya. (rob)

Tiga Nelayan Asing Tewas


******Operasi Jaring Natuna

//Teks: Kapal nelayan asing yang berhasil ditangkap saat ini diamankan di Dermaga Pelabuhan PSDKP. FOTO: ROBBY//

Kubu Raya, BERKAT.
Tim gabungan dari Polri dan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dibantu TNI AL berhasil menangkap 12 kapal nelayan Vietnam dan 1 kapal nelayan Malaysia di wilayah Zona Ekonomi Eklusif (ZEE) 100 mil setelah perairan Ranai Kepulauan Natuna Provinsi Kepulauan Riau pada Kamis lalu dalam Operasi Jaring Natuna.
Ke-13 kapal tersebut saat ini diamankan di dermaga Stasiun Pengawasan Sumber Daya dan Kelautan Perikanan (PSDKP)Pontianak yang terletak di Jeruju dekat terminal TPI Kabupaten Kubu Raya.
Dalam operasi itu, tim juga bertemu dengan tujuh kapal nelayan Thailand dan Malaysia yang beriringan. Sempat terjadi perlawanan dari ketujuh kapal tersebut, dengan melakukan manuver-manuver menghindar bahkan akan menabrakan kapalnya ke kapal patroli Milik DKP. Tembakan peringatan telah dikeluarkan, namun tidak digubris.
"Satu kapal sengaja ditenggelamkan ABK dengan cara mengikat kemudinya dengan tali namun seolah-olah kapal berjalan sendiri, sedangkan ABK-nya sembunyi di kamar mesin. Tapi sayang enam kapal lainnya berhasil meloloskan diri," kata Direktur V Bareskrim Mabes Polri, Brigjen Pol Drs. Suhardi Alious.
Dalam insiden itu tiga nelayan asal Thailand tewas, satu nelayan meninggal karena kehilangan banyak darah setelah tidak sengaja terkena pecahan lambung kapal yang ditembak, kapten kapal meninggal karena kepala tertimpa benda keras, dan yang satu tenggelam bersama kapal setelah tidak mau diselamatkan.
"Insiden ini sudah kita klarifikasi ke kedutaannya. Mereka tidak masalah dan cukup mengerti. Karena itu bukan faktor disengaja, akan tetapi kesalahan dari nelayan itu sendiri. Apalagi protap-nya sudah kita jalankan," kata Dirjen Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (P2SDKP) Aji Sularso, kepada wartawan, kemarin.
Operasi tersebut mengerahkan 300 orang personil dari kepolisian dan 100 orang dari DKP. Dengan kekuatan 4 kapal patroli milik DKP, 4 kapal patroli Mabes Polri, 2 helikopter, 1 pesawat pengintai, 1 kapal dari Polda Kalbar serta 1 kapal dari Polda Provinsi Kepri.
Ke-13 kapal yang berhasil ditangkap itu rata-rata tonagenya 40 - 60 GT dengan kecepatan 10 knot. Kapal-kapal itu dapat menampung sekitar 5 ton ikan segar yang setiap kapalnya memiliki 3 - 9 cold storage berukuran sekitar 1 x 3 meter persegi.
"Dengan pencurian ini, negara dirugikan sekitar Rp3-4 miliar per kapal. Jadi dapat ditotalkan berapa kerugiannya dari semua kapal itu," kata Aji.
Kami akan menggunakan UU No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan, karena dengan UU yang baru itu KM itu bisa dirampas oleh negara dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan nelayan lokal serta untuk praktek sekolah perikanan.
Ia katakan ke-13 kapal asing ini akan diajukan ke Pengadilan Ad Hok. Dia menargetkan, dalam jangka waktu 90 hari sudah ada putusan dari Pengadilan Negeri. Dan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan berdasarkan undang-undang yang baru, kapal-kapal tersebut bisa digunakan untuk kelompok-kelompok nelayan serta untuk pelatihan sekolah perikanan.
"Jadi kapal-kapal itu dirampas untuk negara. Sedangkan ABK-nya akan kita deportasi secepatnya agar tidak membebankan negara," tuturnya.
Menurut dia, ada tiga wilayah perairan Indonesia yang menjadi primadona pencurian ikan bagi nelayan-nelayan asing di perairan Indonesia karena kaya akan ikan dan sumber daya kelautan lainnya, yaitu perairan Natuna, perairan Arapura, dan perairan Utara Sulut
Sementara itu Danlanal Pontianak, Kolonel Laut (s) Parno menegaskan pihaknya tidak rela sumber daya laut dicuri pihak asing.
"Meskipun keterbatasan sarana, kita tetap komitmen menjaga perairan Indonesia dari illegal fishing," tegas Danlanal. (rob)

Selai Aloe Vera Pontianak

//Teks: Selai aloe vera menggunakan bahan baku khas Pontianak terobosan dua dari tiga orang di antaranya Ishak Yakob dan Yuliardi Qamal. FOTO: ROBBY//

Pontianak, BERKAT.
Kalbar memiliki potensi daerah yang melimpah. Banyak masyarakat sebagai kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melirik peluang tersebut untuk dikembangkan. Namun, sayang mereka terkendala dengan pemasaran selain modal. Sehingga kurang dikenal oleh masyarakat luas.
Salah satu contoh yakni Ishak Yakob dan Yuliardi Qamal. Dua dari tiga warga Pontianak ini telah membuat satu terobosan baru yakni membuat selai dari bahan aloe vera atau lidah buaya, tanaman khas yang banyak tumbuh dan tersebar di lahan gambut Kota Pontianak antara lain di sekitar Pontianak Utara.
Padahal UMKM yang berskala home industri ini telah memiliki kemampuan produksi 240 botol selai per hari ukuran 250 gram dengan jumlah tenaga kerja enam orang. Dengan kebutuhan bahan dasar mencapai 100 kilogram, dimana 1 ha dapat menghasilkan lidah buaya 70 - 100 kg.
"Jumlah itu akan bertambah jika permintaan meningkat. Tapi sekarang ini kita hanya sebatas penjualan ke pasaran lokal. Karena tidak berani banyak, sebab pemasarannya belum menyebar. Kita harapkan pemerintah dapat membantu untuk itu," kata Yuliardi Qamal.
Dikatakannya, multiplier effect yang didapat dengan adanya pengolahan tanaman lidah buaya menjadi selai ini, membantu petani lidah buaya yang dulu pernah terpuruk lantaran kurang pembeli untuk bangkit kembali. Kemudian seiring banyaknya pemasaran, tentunya bertambah pula jumlah produksi dan tenaga kerja. Apalagi harganya terjangkau yakni berkisar Rp17-20 ribu per botol.
"Jika dikalkulasikan antara biaya operasional dan pendapatan masih ada untung sedikit lah. Tapi kalau dalam jumlah banyak kan lumayan pendapatannya," tambah Ishak Yakob.
Ishak sebutkan selai aloe vera ini dibuat tanpa menggunakan bahan pewarna dan pengawet sehingga bisa tahan sampai dua tahun. Apalagi produk ini telah terdaftar di Balai Besar POM dan Dinas Kesehatan. Selai ini memiliki rasa manis ditambah asam sebagai penyegar, tekstur yang lembut dan renyah, memiliki warna alami lidah buaya serta kemasan yang rapi dan menarik.
"Cocok disajikan dalam keadaan lebih dingin. Tapi bukan berarti tidak dingin tidak bisa dikonsumsi," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalbar. Drs. Kamaruzzaman, MM menilai dengan dikelolanya sumber daya alam Kalbar oleh masyarakat tentunya menjadi satu daya tarik bagi wisata kuliner daerah.
"Makanan tersebut dapat dijadikan oleh-oleh tamu atau wisatawan yang datang ke Kalbar. Pemerintah harus menjadi motor atau fasilitator bagi bisnis kelas bawah, baik itu pembinaan teknis, pemasaran serta peralatannya untuk dibantu," ujarnya. (rob)

Menggali Ketradisionalan Layang-layang Hias


//Teks: Kepala Disbudpar Kalbar saat membuka festival layang-layang hias dalam rangka FBBK IX 2009. Foto: ROBBY//

Pontianak, BERKAT.
Sekitar 69 layang-layang dari 10 kabupaten/ kota ikut ambil bagian dalam ajang Festival Layang-layang Hias yang digelar di lapangan debu Pontianak Utara dalam rangka memeriahkan Festival Budaya Bumi Khatulistiwa (FBBK) IX 2009.
Koordinator Festival Layang-layang Hias, Maman BS menyebutkan ada tiga kriteria yang dilombakan, yakni layang-layang tradisional, tiga dimensi dan dua dimensi. Masing-masing peserta mengirimkan tiga buah layang-layang untuk setiap kriteria tersebut.
"Jadi setiap kabupaten/ kota menampilkan sembilan layang-layang," ujarnya.
Berbagai bentuk kreatifitas layang hias yang ditampilkan itu antara lain bentuk kapal, rumah, bunga atau daun, benda angkasa seperti bulan, manusia serta binatang. Panitia telah menetapkan tiga kategori penilaian antara lain ide kreatifitas, konstruksi dan kerapian serta kestabilan saat berada di atas.
Namun, Maman menyayangkan empat kabupaten yang tidak bisa ikut ambil bagian dalam perlombaan yaitu Kabupaten Sekadau, Landak, Sanggau dan Kayong Utara. "Alasan mereka karena belum mengetahui lebih jelas bentuk-bentuk dari layang tradisional, tiga dimensi dan dua dimensi. Sehingga empat kabupaten itu tidak mengirimkan peserta," tuturnya.
Penggunaan layang-layang sebagai alat bantu penelitian cuaca telah dikenal sejak abad ke-18. Contoh yang paling terkenal adalah ketika Benjamin Franklin menggunakan layang-layang yang terhubung dengan kunci untuk menunjukkan bahwa petir membawa muatan listrik.
Layang-layang raksasa dari bahan sintetis sekarang telah dicoba menjadi alat untuk menghemat penggunaan bahan bakar kapal pengangkut. Pada saat angin berhembus kencang, kapal akan membentangkan layar raksasa seperti layang-layang yang akan "menarik" kapal sehingga menghemat penggunaan bahan bakar.
Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari Cina sekitar 2500 Sebelum Masehi. Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang bermain layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih dari itu di kawasan Nusantara. Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Cina dan di Nusantara karena di Nusantara banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan.
Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad ke-17) yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.
Dari Cina, permainan layang-layang menyebar ke Barat hingga kemudian populer di Eropa. Layang-layang terkenal ketika dipakai oleh Benjamin Franklin ketika ia tengah mempelajari petir.
Seiring perkembangan zaman, layang-layang pun dimainkan oleh setiap daerah di nusantara yang kemudian dikreasikan dalam berbagai bentuk hiasan, tak terkecuali di Kalbar. Sehingga permainan ini lambat laun telah menjadi permainan tradisional masyarakat. Bahkan di tingkat dunia.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalbar, Drs. Kamaruzzaman, MM mengatakan perlombaan ini tidak semata untuk menghibur melainkan juga menggali nilai-nilai tradisional rakyat yang telah ada sejak zaman nenek moyang.
"Karena itu pemenangnya nanti akan diikut sertakan pada lomba layang-layang hias tingkat nasional mewakili Kalbar, sebagai bentuk penghargaan pemerintah terhadap masyarakat yang masih tetap peduli dengan budaya daerah," ujarnya.
Kedepannya mantan Pj Bupati KKR ini memastikan, pihaknya akan melakukan pembinaan melalui Asosiasi Layang Kalimantan (Borneo Kite)dan terus menggelar kegiatan perlombaan. "Kita akan upayakan anggarannya masuk dalam APBD 2010 untuk pembinaan. Karena layang-layang juga merupakan bagian dari budaya daerah kita," tuturnya. (rob)

Generasi Muda Pertahankan Tanjidor

//Teks: Alat musik tanjidor meskipun asalnya dari Betawi namun telah menjadi alat musik tradisional Melayu Kalbar sejak zaman kerajaan tempo dulu yang hingga kini dilestarikan. Foto: ROBBY//

Pontianak, BERKAT.
Tret.. tetet dung tretetet dung…… tret...dung...tretdung……dung……dung………dung. Sejumlah penonton yang datang ke Museum Kalbar pun langsung berkumpul mendekat. Mereka yang mayoritas para pelajar itu terpana dan asik mendengarkan Orkes "Aek Kapuas" sedang membawakan sebuah lagu perjuangan dengan memainkan alat musik tanjidor yang berjumlah 7 orang.
Tanjidor sering kali dimainkan oleh orang-orang tua yang berusia diatas 50 tahun. Namun, kali ini dalam Eksibisi Tanjidor untuk meriahkan Festival Budaya Bumi Khatulistiwa (FBBK) IX 2009 yang digelar di Museum Kalbar kemarin pagi, tanjidor dimainkan oleh generasi muda.
"Inilah salah satu cara kami orang tua melestarikan budaya daerah dengan mengajarkannya kepada anak-anak muda. Supaya tanjidor masih tetap dilestarikan dan dipertahankan oleh penerus kami para generasi muda," kata Muhammad Nur (61) pemilik Orkes "Aek Kapuas."
Sementara untuk pemain yang mayoritas orang tua, kelompok tanjidornya bernama Orkes Alun Kapuas, salah satu orkes tanjidor tertua di Kalbar selain Tanjung Besiku, Kenari, Setia Kawan dan Lancang Kuning.
Tanjidor aslinya berasal dari Betawi. Sementara di Kalbar sendiri mulai dikenalkan pada zaman Sultan Sy, Abdurrachman Alkadri Raja I Kesultanan Pontianak. Pada masa itu, tanjidor digunakan untuk berbagai event kerajaan. Kala itu, setiap kerajaan di Kalbar pun selalu menggunakan tanjidor.
Pada masa itu tanjidor dinamakan "Tanjidor Tangga Sembilan" mengambil makna dari jumlah tangga di Istana Kadariah yang berjumlah sembilan tingkat.
Seiring perkembangan zaman, alat musik ini sudah hampir punah. Tak banyak yang tertarik untuk melestarikannya. Menurut Muhammad Nur dulunya ada 10 orang yang masih eksis melestarikan tanjidor. Tapi sekarang sisa empat termasuk dirinya, sedangkan lainnya telah meninggal.
"Yang paling banyak tahu dengan tanjidor ini Pak Syarif Me di Kampung Dalam. Beliau usianya sudah lanjut," ujarnya.
Tanjidor merupakan perpaduan berbagai alat musik moderen dan tradisional seperti bas drum, senar, terompet, altosek, tenorsek, trombon, tuba dan senar drum. Idealnya satu kelompok dimainkan 12 orang. Pemainnya menggunakan pakaian telok belanga ciri khas pakaian Melayu. Di zaman sekarang, tanjidor dimainkan untuk acara pernikahan, ulang tahun, wisuda, pariwisata dan sebagainya.
Suhardi Koordinator Eksibisi Tanjidor mengatakan alat musik ini identik dengan khas etnis Melayu. Pihaknya berupaya untuk mengangkat budaya daerah dalam rangka pelestarian.
"Karena itu pemerintah kabupaten/ kota diharapkan dapat membantu mengakomodir budaya daerah melalui pembinaan kepada kelompok-kelompok tanjidor yang ada di daerahnya masing-masing," kata Suhardi yang juga Kasi Sistem Informasi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalbar.
Sementara Dedi (45) salah seorang penonton warga Pontianak memberikan apresiasi dengan adanya eksibisi tanjidor tersebut. "Budaya-budaya seperti kedepannya harus dimasukan dalam program muatan lokal (mulok) di setiap sekolah," tuturnya. (rob)