Senin, 05 Januari 2009

Tradisi Perompak, Ujian Sang Pengantin

Mempawah, BERKAT.
Tiba-tiba di pagi hari sekelompok perompak yang berjumlah empat orang mencegat rombongan pengantin pria yang sedang dalam perjalanan menuju kediaman mempelai wanita. Dengan wajah tertutup bak sekawanan ninja, kelompak perompak ini meminta harta dan uang yang dibawa rombongan. Harta adalah lambang dari sejumlah barang hantaran yang dibawa rombongan untuk mempelai wanita yang merupakan syarat namun hal itu bukanlah satu keharusan dalam sebuah pernikahan.
"Harta" tersebut seperti cincin mas, peralatan kosmetik, pakaian, kain, sepatu dan sebagainya. Sedangkan "uang asap" adalah sejumlah uang untuk biaya pernikahan yang jumlahnya tidak ditentukan sesuai kemampuan mempelai pria. Biasanya untuk uang asap ini sebelumnya telah disepakati kedua belah pihak.
Peralatan yang digunakan cukup sederhana antara lain, batang bambu dan tebu diibaratkan sebuah tombak, payung ibarat pedang dan tameng yang menggunakan penutup mesin motor vespa. Untuk menutup wajah, para perompak ada yang menggunakan kain serbet, helm bahkan ada yang mengenakan mantel hujan seperti pakaian kebesaran perompak zaman dahulu.
Serbu...Serbu....teriakan dari para perompak pun mengejutkan rombongan yang tak menyangka akan kedatangan para penjahat tersebut. Tak ayal sejumlah uang diserahkan. Akan tetapi meskipun dihadang para perompak, mempelai pria tak gentar menghadapinya. Rombongan tetap jalan terus hingga mencapai dan memasuki kediaman mempelai wanita yang disambut para tetua adat yang merupakan tokoh dalam keluarga pengantin wanita dengan beras kuning, berteh, daun juang, daun ribu-ribu serta air putih yang telah disucikan dengan ayat suci Al-quran.
Tradisi yang dilakukan turun temurun sejak nenek moyang dalam masyarakat Melayu tersebut menggambarkan bahwa bagaimana nantinya sang pengantin dapat menjalankan bahtera rumah tangga dalam kondisi apapun.
Meskipun angin badai menerjang, ombak di lautan menerpa, gunung di samudera runtuh tak akan menyurutkan pasangan "Raja Sehari" itu bergeming. Mereka telah siap menghadapi berbagai cobaan yang bakalan menghadang di kemudian hari. Sehingga mereka diberkahi Allah SWT didalam menjalankan kehidupan.
Kepercayaan dan saling menerima kelebihan dan kekurangan adalah kunci dari keberhasilan sang pengantin membina bahtera rumah tangga hingga akhir hayat. Dan dikarunia anak cucu yang sakinah dan mawardah. Amin. (rob)