Senin, 02 Juni 2008

Eksotik Kain Tenun Dayak Iban

Pontianak, BERKAT.
Membuat kain tenun merupakan suatu kegiatan untuk menjalin hubungan antara lembar lusi (benang yang direntangkan) dengan benang pakan yaitu benang yang diluncurkan melintang, sehingga terjalin suatu anyaman yang kompak yang disebut kain.
Kain Tenun adat Dayak Iban misalnya merupakan produk kerajinan masyarakat Dayak Iban terutama para wanita yang mayoritas mendiami daerah perbatasan ini mengerjakannya sebagai pekerjaan sambilan yang sampai sekarang masih terus ditekuni.
Semulanya kerajinan ini didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan sandang bagi keluarga masyarakat Dayak Iban, namun lama-kelamaan sudah menjadi tradisi masyarakat yang bahkan banyak diminati masyarakat negara tetangga.
Bahan benang sebagai bahan utama dari kerajinan tersebut mereka peroleh dari berbagai jenis tanaman yang mengandung serat seperti kapas, sepan, kulit kayu dan sebagainya. Serat-serat tanaman diatas melalui pengolahan lalu dipintal dengan alat yang disebut "gantih." Namun pada saat ini pekerjaan meng-gantih jarang dilakukan karena perkembangan industri tekstil yang mampu memenuhi kebutuhan benang yang relatif lebih mudah dibeli dipasar.
Kepala Disperindag Kalbar, Dra. Ida Kartini menyebutkan kain tenun Iban secara garis besar dibagi dua yaitu kain tenun kebat dan kain tenun sungkit. Khusus kain tenun kebat, mendapat pasaran yang sangat baik di Negeri Malaysia (Serawak) bahkan, selalu dicari oleh wisatawan.
"Hampir di setiap kampung masyarakat Dayak Iban di sepanjang perbatasan, memiliki usaha tenun sebagai usaha sambilan saat senggang terutama malam hari. Kepandaian tenun ini diwariskan dari orang tua (nenek moyang) dan menjadi tradisi keluarga," ujar Ida.
Dalam proses pembuatannya, mula-mula benang diberi warna yang biasanya bahan pewarna ini dari alam seperti mengkudu, bengkirai, rugat, kunyit dan sebagainya, selanjutnya benang dicelup dan direndam beberapa hari (6 sampai 7 hari) lamanya.
Adapun warna yang biasa digunakan adalah hitam, merah, coklat, biru dan kuning. Walapun sekarang, bahan-bahan warna sintetis juga digunakan.
Untuk peralatan yang diperlukan di antaranya tandai (2 buah), belia (1 buah), turak (1 buah), telas (2 buah), lidi dan bambu (4 buah), penyungkit (1 buah), tali dan peralatan lainnya. Adapun motif/corak kain tenun kebat Dayak Iban seperti Gajah Meram, Tedung Kaca dari Langit, Hantu Tasik, Hantu Gergasi, Mangku Kumang, Kepuak Kumbuk Nabau (Naga),Taut Ui (rotan), Jung (Orang), Nabau Kepala Dua, Pucuk Rebung, Patah Sandung, Baya Rabing (buaya), Lumpung Ribung (Batang Kayu) dan Ijuk Rimpung (Pohon Enau).
"Untuk harganya dipengaruhi oleh besar kain, motif dan lamanya pengerjaan. Biasanya berkisar Rp5 ribu - Rp450 ribu," ungkap Ida.
Menurutnya, ketika hal ini dikelola dengan bijak dan profesional maka akan memunculkan satu kreatifitas ekonomi yangpatut dikembangkan dan dilestarkan sebagai warisan budaya. (rob)