Jumat, 07 Agustus 2009

Akibat Asap 22 Warga Dirawat

Pasien ISPA Tertinggi Anak-anak

Pontianak, BERKAT.
Sebanyak 22 warga Pontianak terpaksa dirawat di rumah sakit setempat yang diduga akibat kabut asap yang melanda kawasan itu dalam sepekan terakhir.
Dokter Spesialis Paru-paru Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedarso Pontianak, dr. Abdul Salam, kepada pers, Rabu, mengatakan dalam dua pekan ini pihaknya telah merawat sekitar 22 pasien asma akibat kabut asap yang melanda Kota Pontianak.
"Rata-rata pasien asma yang dirawat mengalami gangguan saluran pernapasan akibat kabut asap yang melanda Kota Pontianak dan sekitarnya sejak dua pekan terakhir," kata Abdul Salam. Ia menjelaskan, dengan ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) yang sudah masuk kategori sangat berbahaya bagi kesehatan, maka masyarakat yang punya riwayat asma adalah golongan yang paling rawan mengalami ISPA (Inspeksi Saluran Pernapasan Atas).
"Kabut asap yang melebihi ambang batas saat ini sangat berbahaya bagi masyarakat yang menderita asma karena bisa menyebabkan penyempitan saluran pernapasan," kata Abdul Salam.
Ia mengingatkan, asap dalam jangka pendek memang bisa menyebabkan ISPA, tetapi dalam jangka panjang bisa menyebabkan asma akut. Untuk pencegahan usahakan sebisa mungkin terhindar dari udara yang bercampur asap.
"Kalaupun harus ke luar rumah gunakanlah penutup mulut dan hidung yang sebelumnya dibasahi agar partikel debu yang dibawa udara bisa melekat dalam masker tersebut," katanya.
Untuk pencegahan, masyarakat diimbau melakukan pola hidup sehat, ke luar rumah menggunakan masker, dan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran serta buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C, kata Abdul Salam.
Sementara itu salah seorang petugas pemeriksa Puskesmas Kampung Bangka mengatakan kondisi udara di Kota Pontianak semakin hari kian menunjukan katagori sangat berbahaya. Masyarakat yang terkena serangan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pun semakin meningkat setiap harinya.
"Kebanyakan yang menderita ISPA kalangan anak-anak. Rata-rata jumlah pasiennya mencapai 15 sampai 20 orang per hari ketimbang hari biasa," katanya.
Data Puskesmas Kampung Bangka menunjukan dalam seminggu terakhir, anak-anak adalah yang paling tertinggi penderita ISPA. Secara umum terjadi kenaikan yang siginifikan jumlah pasien yang berobat di Puskesmas Kampung Bangka. Minggu 20-25 bulan Juli sebanyak 98 pasien. Namun semakin bertambah hingga mencapai 144 pasien sejak minggu 1-5 Agustus.
Menurut dr. Kristin, dokter Puskesmas Kampung Bangka, anak-anak sangat rentan akan penyakit ISPA. Terlebih dengan kondisi cuaca yang sangat berbahaya.
"Faktor penyebab ISPA selain dari asap juga bisa dari kuman, virus, bakteri, serta polusi lingkungan. Tapi akhir-akhir ini besar kemungkinan yang berobat bisa saja penyebabnya asap," tutur dr. Kristin.
Ia menyebutkan ada tiga metode pengobatan yang dilakukan. Antara lain supotif yakni meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara istirahat cukup, makan minum yang bergizi serta santitasi lingkungan.
Kemudian simptomatik, yakni mengobati sesuai dengan gejala yang diderita si pasien, misalnya ketika panas diberi obat penurun panas, atau batuk dan pilek. Dan kausa atau melihat dari penyebabnya. Apakah itu dikarenakan bakteri maka diberi obat antibiotik. Selain itu juga dilakukan terapi edukasi untuk pencegahan.
"Jadi kami imbau masyarakat untuk tidak keluar pada jam-jam yang kondisi udaranya berbahaya apalagi membawa anak-anak," ujarnya.
Sementara Pon orang tua Rizky mengeluh anaknya yang berusia 4 tahun telah tiga hari menderita batuk pilek disertai demam. "Sebelumnya tak pernah. Bisa juga karena kondisi cuaca yang berkabut," tukasnya.
Data Dinas Kesehatan Kota Pontianak, dari Januari hingga Juli, minggu ke-28 tercatat sebanyak 37.239 kasus ISPA, yang terdiri dari Kecamatan Pontianak Barat 8.927 kasus, Pontianak Utara 8.857 kasus, Pontianak Timur 7.566 kasus, Pontianak Kota 6.661 kasus, Pontianak Selatan 4.081 kasus, dan pontianak Tenggara 903 kasus.
Dian (26), warga Jalan Alianyang Pontianak Kota, ketika dihubungi mengatakan, akibat kabut asap yang melanda Kota Pontianak, telah menyebabkan penyakit asmanya kambuh sehingga ia butuh sekitar Rp500 ribu dalam satu minggu untuk berobat.
"Kalau musim asap begini, asma saya pasti kambuh. Apalagi kerjaan saya di lapangan sehingga rentan mengalami ISPA," ujarnya.
Dian berharap, permasalahan asap yang rutin terjadi di Kota Pontianak dan pada umumnya di Provinsi Kalimantan Barat bisa segera teratasi agar tidak mengganggu kesehatan masyarakat terutama yang punya riwayat penyakit asma.
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Kalimantan Barat, telah mengumumkan keadaan ISPU di Kota Pontianak dan sekitarnya masuk kategori sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, akibat pembakaran hutan dan lahan di provinsi itu. (rob)