Minggu, 22 November 2009

Selai Aloe Vera Pontianak

//Teks: Selai aloe vera menggunakan bahan baku khas Pontianak terobosan dua dari tiga orang di antaranya Ishak Yakob dan Yuliardi Qamal. FOTO: ROBBY//

Pontianak, BERKAT.
Kalbar memiliki potensi daerah yang melimpah. Banyak masyarakat sebagai kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melirik peluang tersebut untuk dikembangkan. Namun, sayang mereka terkendala dengan pemasaran selain modal. Sehingga kurang dikenal oleh masyarakat luas.
Salah satu contoh yakni Ishak Yakob dan Yuliardi Qamal. Dua dari tiga warga Pontianak ini telah membuat satu terobosan baru yakni membuat selai dari bahan aloe vera atau lidah buaya, tanaman khas yang banyak tumbuh dan tersebar di lahan gambut Kota Pontianak antara lain di sekitar Pontianak Utara.
Padahal UMKM yang berskala home industri ini telah memiliki kemampuan produksi 240 botol selai per hari ukuran 250 gram dengan jumlah tenaga kerja enam orang. Dengan kebutuhan bahan dasar mencapai 100 kilogram, dimana 1 ha dapat menghasilkan lidah buaya 70 - 100 kg.
"Jumlah itu akan bertambah jika permintaan meningkat. Tapi sekarang ini kita hanya sebatas penjualan ke pasaran lokal. Karena tidak berani banyak, sebab pemasarannya belum menyebar. Kita harapkan pemerintah dapat membantu untuk itu," kata Yuliardi Qamal.
Dikatakannya, multiplier effect yang didapat dengan adanya pengolahan tanaman lidah buaya menjadi selai ini, membantu petani lidah buaya yang dulu pernah terpuruk lantaran kurang pembeli untuk bangkit kembali. Kemudian seiring banyaknya pemasaran, tentunya bertambah pula jumlah produksi dan tenaga kerja. Apalagi harganya terjangkau yakni berkisar Rp17-20 ribu per botol.
"Jika dikalkulasikan antara biaya operasional dan pendapatan masih ada untung sedikit lah. Tapi kalau dalam jumlah banyak kan lumayan pendapatannya," tambah Ishak Yakob.
Ishak sebutkan selai aloe vera ini dibuat tanpa menggunakan bahan pewarna dan pengawet sehingga bisa tahan sampai dua tahun. Apalagi produk ini telah terdaftar di Balai Besar POM dan Dinas Kesehatan. Selai ini memiliki rasa manis ditambah asam sebagai penyegar, tekstur yang lembut dan renyah, memiliki warna alami lidah buaya serta kemasan yang rapi dan menarik.
"Cocok disajikan dalam keadaan lebih dingin. Tapi bukan berarti tidak dingin tidak bisa dikonsumsi," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalbar. Drs. Kamaruzzaman, MM menilai dengan dikelolanya sumber daya alam Kalbar oleh masyarakat tentunya menjadi satu daya tarik bagi wisata kuliner daerah.
"Makanan tersebut dapat dijadikan oleh-oleh tamu atau wisatawan yang datang ke Kalbar. Pemerintah harus menjadi motor atau fasilitator bagi bisnis kelas bawah, baik itu pembinaan teknis, pemasaran serta peralatannya untuk dibantu," ujarnya. (rob)