Kamis, 19 Juni 2008

Jangan Salahkan Masyarakat Kalbar

Pontianak, BERKAT.
Berkaca dari kasus laskar wataniah yang banyak berasal dari masyarakat di perbatasan, capres Sutiyoso meminta negeri ini (Indonesia,red) harus mengevaluasi diri sehingga hal itu terjadi."Jangan pernah salahkan masyarakat Kalbar. Mereka melihat ada kehidupan ada peluang pekerjaan, mengapa tidak. Oleh karena itu kedepan daerah perbatasan harus dipacu ekonominya sekaligus dia menjadi barikade keamanan perbatasan. Apalagi di Kalbar potensinya sangat besar," kata mantan anggota Kopassus baret merah yang pensiun dengan pangkat Letjen ini.Pengalamannya ketika bertugas di wilayah perbatasan tahun 1969 pada operasi penumpasan PGRS/PARAKU dia menyebutkan kondisi masyarakatnya masih sangat primitif. Namun ia penasaran untuk melihat dari dekat pada kondisi saat sekarang ini, apakah ada perubahan atau masih tetap seperti dulu."Kalau ada waktu dan sarana saya akan melihat. Dan kehidupan ekonominya memang ke seberang, itu sudah merupakan kebiasaan. Mereka sudah punya rute-rute klasik ke Sarawak. Ini yang harus kita cegah kedepan," tegasnya.Bagaimana caranya. Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta dua periode ini perlu ada kehidupan yang layak untuk mereka sebab hal inilah yang menjadi latar belakang kenapa masyarakat perbatasan khususnya di Kalbar ada yang berpindah atau hijrah ke Malaysia. Bahkan ada yang telah menjadi pasukan penjaga perbatasan Malaysia yakni laskar wataniah."Perbaiki kehidupannya. Bangun perumahan yang layak huni, berikan peluang kerja di sini. Karena apa yang saya lihat puluhan tahun lalu itu sangat tidak layak dan miskin," ungkapnya.Padahal dia melihat potensi Indonesia sebagai kekayaan modal dasar pembangunan cukup untuk itu, akan tetapi tidak dimaksimalkan secara baik sehingga tidak mengherankan banyak masyarakat Indonesia yang miskin dan kelaparan, sulit mendapatkan pekerjaan, pendidikan dan kesehatan yang layak secara gratis serta kesejahteraan. "Itulah dorongan yang membuat saya ingin memperbaikinya dengan menjadi Presiden RI," kata Sutiyoso yang pernah mendapatkan penghargaan "satu-satunya gubernur di Indonesia yang mengalami lima kali pergantian presiden", dari Museum Rekor Indonesia (MURI), tahun 2004, "Habitat Scroll of Honour Award 2005" dari UN Habitat.(rob)