Kamis, 19 Juni 2008

Kebijakan Pemerintah Menaikan Harga BBM

''...Rencana pemerintah menaikan harga BBM diambil berdasarkan pertimbangan kebaikan dan kerugian bagi rakyat. Pertimbangan kami adalah yang lemah, yang miskin, bagaimana melindungi yang lemah dan miskin...."Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Jakarta, BERKAT.
///Gejolak kenaikan harga BBM yang secara ramai diumumkan pada hari Jumat 23 Mei 2008 malam, oleh pemerintah SBY-JK banyak menuai kritik dari berbagai pihak. Kenaikan harga minyak dunia sangat berdampak pada perekonomian di Indonesia mengingat harga BBM di Indonesia masih disubsidi. Kondisi seperti ini membuat pemerintahan SBY-JK dalam posisi yang serba sulit, walaupun dimana-mana daerah berlangsung penolakan-penolakan menentang kenaikan BBM, dalam seperti ini pemerintah telah mengambil kebijakan, serta memutuskan menaikan harga BBM sebesar 28,7 persen.///

Berikut catatan Robby wartawan Harian BERKAT.

Seiring telah diumumkannya kenaikan harga BBM maka pemerintah secara resmi telah menganggarkan dana Bantuan Langsung Tunai (BLT)untuk masyarakat miskin, yang pembagiannya mulai dilaksanakan sejak Sabtu (24/5) lalu. Namun banyak kalangan menilai penyaluran dana BLT tidak tidak tepat sasaran dan sebagia jatuh ke masyarakat goongan menengah ke atas.Ada beberapa pertimbangan mengapa harga BBM dinaikan dan apa akibatnya jika tidak dinaikan:1.)Sejak setahun terakhir harga minyak dunia naik dua kali lipat dari US 60 dollar per barrel menjadi US 120 dollar per barrel pada bulan Mei 2008. Sementara harga BBM dalam negeri tidak bertambah sejak Oktober 2005, yakni harga premium Rp4.500/liter, solar Rp4.300/liter, dan minyak tanah Rp2.000/liter. Jika dibandingkan dengan harga internasional, yakni harga premium Rp8.600/liter, solar Rp8.300/liter dan minyak tanah Rp9.000/liter. Dari perbedaan harga di atas berarti pemerintah menanggung subsidi perbedaan antar harga dalam negeri dengan harga sebenarnya (harga internasional) masing-masing: bensin premium (Rp8.600-Rp4.500), atau menanggung Rp4.100/liter, solar (Rp8.300-Rp4.300) atau Rp4.000/liter dan minyak tanah (Rp9.000-Rp2.000) atau menanggung Rp7.000/liter.2.)Jika harga BBM dalam negeri tidak dinaikan maka akan terjadi perbedaan yang sangat besar antara harga BBM dalam negeri dan luar negeri karena BBM di luar negeri jauh lebih mahal dibandingkan BBM dalam negeri, akibatnya peluang penyelundupan BBM untuk dijual ke luar negeri sangat besar. Sehingga anggaran subsidi BBM tidak sepenuhnya dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Dengan Kenaikan harga BBM sebesar 28,7 persen akan diperoleh penghematan sebesar Rp34,5 trilun untuk dialokasikan dalam program:a.Raskin dan ketahanan pangan sebesar Rp4,2 triliunb.Bantuan Langsung Tunai kepada 19,1 juta kepada keluarga miskin dan nyaris miskin di seluruh Indonesia dengan total anggaran sebesar Rp14,1 triliun.c.Penurunan defisit sebesar Rp12,2 triliund.Cadangan beresiko fiskal sebesar Rp3,0 triliune.Kredit usaha rakyat Rp1,0 triliunKemudian bagaimana negara-negara tetangga mengatasi kenaikan harga BBM dunia? Jika kita melihat harga BBM per Maret 2008 di Indonesia dibandingkan dengan negara lain, sebenarnya jauh lebih murah. (Dapat dilihat pada grafik,red). Grafik tersebut menunjukan tidak ada korelasi yang jelas antara pendapaqtan per kapita dengan harga BBM, dimana negara yang pendapatan per kapitanya dibawah Indonesia, seperti Vietnam, Timur-Timur, Bangladesh, Kamboja, India, Filipina, harga BBM leibh tinggi dibandingkan di Indonesia. Karena kenaikan harga minyak dunia, negara tetangga seperti Vietnam, India, Cina dan Malaysia telah melakukan penyesuaian harga secara otomatis mengikuti harga dunia maka harga di dalam negeri akan mengikuti harga minyak dunia.

****Subsidi Hanya akan Mengalir ke Golongan Mampu

Sejak setahun terakhir harga minyak dunia naik dua kali lipat dari US 60 dollar per barrel menjadi US 120 per barrel pada bulan Mei 2008. Sedangkan harga BBM dalam negeri tidak berubah sejak Oktober 2005, yaitu harga bensin premium adalah Rp4.500/liter, Solar Rp4.300/liter, dan minyak tanah Rp2.000/liter. Padahal harga sebenarnya (harga keekonomian/ internasional) dari bensin premium adalah sebesar Rp8.600/liter, solar Rp8.300/liter dan minyak tanah Rp9.000/liter. Artinya subsidi yang ditanggung pemerintah yaitu perbedaan antara harga dalam negeri dan harga sebenarnya untuk per liter bensin premium adalah (Rp8.600 - Rp4.500) atau Rp4.100/liter. Subsidi Solar (Rp8.300 - Rp4.300) atau Rp4.000/liter dan minyak tanah (Rp9.000 - Rp2.000) atau Rp7.000/liter.Jika harga BBM dalam negeri tidak dinaikkan, maka terjadi perbedaan harga yang sangat besar antara harga BBM di dalam negeri dengan luar negeri. Kriteria harga minyak di luar negeri jauh lebih mahal dibandingkan harga BBM dalam negeri, maka BBM didalam negeri yang murah tersebut menarik diselundupkan dan dijual ke luar negeri. Artinya subsidl BBM yang sangat besar mudah diselewengkan ke luar negeri, sehingga anggaran subsidl BMM tidak dinikmati sepenuhnya oleh masyarakatIndonesia.Pengurangan subsidi BBM harus dilihat pula sebagai kebijakan redistribusi. Subsidi BBM juga lebih banyak dinikmati oleh kelompok masyarakat menengah kaya. BBM dikonsumsi oleh mereka yang punya mobil dan motor. Semakin kaya seseorang/rumah-tangga maka semakin memiliki beberapa mobil atau motor, yang artinya semakin banyak menggunakan BBM. Dengan demikian rumah tangga kaya menikmati anggaran subsidi BBM dari pemerintah jauh lebih banyak dibanding keluarga miskin. Hasil survey Susenas-BPS, menunjukkan 70 persen subsidi BBM dinikmati o1eh keluarga menengah ke atas di Indonesia (40% rumah tangga terkaya). Kalau rata-rata pemakaian bensin per mobil pribadi adalah 10 liter per hari, artinya pemilik mobil mendapat subsidi negara sebesar Rp41.000 per hari untuk pemakai premium atau Rp40.000 untuk pemakai solar. Dalam sebulan mereka mendapatkan minimal sekitar Rp1.000.000 - Rp1.200.000 (bila diasumsikan hari kerja adalah 25 hari sebulan) dalam bentuk subsidi BBM. Apabila keluarga menengah ke atas memiliki lebih dari satu mobil dan dengan jumlah CC yang besar sehingga boros bensin, merekalah yang menikmati subsidi BBM lebih banyak lagi.
Rakyat miskin tidak memiliki mobil bahkan motor, oleh karena itu mereka tidak menikmati subsidi BBM secara langsung seperti pemilik kendaraan bermotor diatas. Mereka menikmati subsidi BBM secara tidak langsung yaitu dengan naik kendaraan/ transportasi umum yang membeli BBM dengan harga murah. Subsidi BBM yang disediakan oleh pemerintah melalul anggaran (APBN) diperkirakan akan mencapai Rp190 triliun dengan harga minyak dunia rata-rata mencapai US 110 dollar per barrel dimana sekitar Rp133 triliun (70%) dinikmati kelompok berpendapatan menengah dan kaya yang biasanya tinggal di perkotaan. Orang miskin baik di kota terutama di pedesaan menikmati sangat kecil subsidi BBM tersebut. Berdasarkan data Ditlantas Polri dan hasil survey BPH Migas, porsi konsumsi BBM/ kapita/ hari untuk transportasi umum sudah termasuk bis hanya 0,9 persen dari total konsumsi total. Jika ada kenaikan harga beban kenaikan harga transportasi untuk 1/3 keluarga berpendapatan terendah di Indonesia ini akan sepenuhnya terkompensasi oleh BLT.
Pemakaian BBM dalam negeri yang sangat banyak, baik untuk dipakai sendiri maupun yang bocor karena penyelundupan, ditambah dengan harga minyak dunia yang melonjak dua kali lipat dalam setahun terakhir, mengakibatkan beban subsidi BBM meningkat drastis. Subsidi BBM dalam anggaran pemerintah tahun 2008 akan melonjak dari Rp126 triliun menjadi Rp190 triliun. Sementara, itu subsidi listrik diperkirakan akan mencapai Rp75 triliun yang juga lebih banyak dinikmati oleh kelompok menengah atas yang memakai listrik di rumah lebih banyak seperti untuk AC, TV, komputer, lampu, dll. Total subsidi energi dalam anggaran pemerintah tahun 2008 akan mencapai Rp265 triliun, dimana Rp186 triliun dinikmati oleh kelompok menengah atas.
Sementara itu jumlah uang yang dikeluarkan pemerintah untuk program-program rakyat miskin, bantuan pangan, kredit usaha rakyat, dan program-program untuk masyarakat berpendapatan rendah hanya sebesar Rp60 triliun kurang dari sepertiga dari subsidi BBM yang dinikmati oleh kelompok menengah dan kaya. Tentu alokasi seperti ini sangat tidak adil.
Dengan kenaikan harga minyak dunia yang mencapai rata-rata US 110 dollar per barrel, maka penerimaan negara dari minyak akan meningkat Rp64,5 triliun dibandingkan dengan APBN-P 2008, namun anggaran pemerintah untuk menyediakan BBM dan listrik bersubsidi juga akan meningkat secara lebih tinggi yaitu sebesar Rp78,5 triliun. Dengan demikian, dampak kenaikan harga minyak dunia terhadap anggaran (APBN) adalah negatif, yaitu beban subsidi BBM dan listrik jauh lebih tinggi dari kenaikan penerimaan negara dari kenaikan harga minyak. Hal ini menyebabkan peemerintah harus memotong anggaran lainnya agar tetap dapat sehat dan tidak kolaps, yang akan menyebankan krisis ekonomi yang lebih besar. Jika ini terjadi, maka orang akan menilai investasi dan uangnya keluar negeri. Arus modal keluar akan mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah. Nilai tukar rupiah yang melemah akan mengakibatkan harga-harga komiditas naik lebih tinggi lagi. Harga-harga yang naik akan semakin memberatkan perekonomian rakyat. Situasi tersebut akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melemah, PHK terjadi, pengangguran meningkat dan kemiskinan semakin tinggi. Beban yang harus ditanggung rakyat semakin tinggi jika BBM tidak dinaikan. Jika tidak dinaikan maka tiang untuk program-program untuk rakyat miskin, pendidikan dan kesehatan serta subsidi pangan harus dikurangi. Padahal situasi rakyat terutama kelompok miskin sangat sulit karena pada saat ini harus juga menghadapi harga beras, terigu, jagung, minyak goreng, kedelai dan pangan lain yang juga akibat kenaikan harga internasional. Karena itu pemerintah harus memprioritaskan pengeluarannya untuk program rakyat miskin, pendidikan, kesehatan dan juga pangan. Dari mana uangnya? Pemerintah tidak mungkin mensubsidi semuanya karena uang terbatas. Pemerintah harus tetap mengutamakan program untuk rakyat. Caranya, dengan mengurangi sedikit subsidi BBM yang lebih banyak dinikmati kelompok menengah kaya dan mengalihkan anggaran untuk program pengurangan kemiskinan. Itu sebabnya walaupun berat, harga BBM harus dinaikkan secara terbatas pada tingkat yang masih dapat ditanggung oleh masyarakat dan dunia usaha.
***Demi Memenuhi Prinsip KeadilanMenteri Komunikasi dan Informatika RIProf.. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA
Gejolak perekonomian global melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk juga Indonesia. Sebagai negar produsen dan konsumen minyak, Indonesia cukup terpukul dengan kenaikan harga minyak, mengingat harga BBM Indonesia yang masih disubsidi. Sebagaimana diketahui, bahwa pemberian subsidi BBM sebenarnya tidak semua tepat sasaran, karena sebagian bear jatuh pada masyarakat golongan menengah ke atas. Untuk itu, upaya pemerintah mgnubah skema pemberian subsidi sangatlah mutlak guna menciptakan rasa keadilan, khususnya masyarakat miskin.Upaya itu sejalan dengan tugas negara dalam melindungi ketahanan sosial dan ekonomi masyarakat selain mengupayakan kondisi APBN yang sehat dan kredibel, pemerintah juga melakukan kebijakan intervensi dan perlindungan daya beli masyarakat terutama kelompok miskin dan melindungi kinerja perekonomian untuk tetap mampu menyediakan kesempatan kerja dan mengentaskan kemiskinan.Melalui informasi ini kiranya penyebarluasan informasi kebijakan pemerintah tentang kebijakan pengurangan subsidi BBM dan program penanggulangan kemiskinan menjadi sumber informasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. (*)