Minggu, 01 Juni 2008

Tropical Storm Penyebab Kekeringan di Kalbar

Pontianak, BERKAT.
Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pontianak menyatakan kekeringan yang melanda Kalimantan Barat diperkirakan akan terjadi hingga 10 hari kedepan. Kekeringan dengan suhu panas yang tinggi ini diakibatkan gangguan angin storm tropical yang terkonsentrasi di Negara Filipina.
Menurut Prakirawati BMG Pontianak, Sri Ningsih, angin storm tropical ini menyebabkan tekanan di daerah rendah di bagian utara Kalimantan tidak stabil. "Dampaknya tidak hanya di Kalbar, akan tetapi juga hampir di sebagian daerah di seluruh Indonesia. Jadi tidak heran kekeringan banyak terjadi di beberapa daerah," jelasnya.
Dengan kondisi demikian dia meminta masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan yang dapat menimbulkan asap sehingga dapat memperburuk kondisi cuaca khususnya di Kalbar. "Sebab akan menimbulkan panas yang sangat tinggi sehingga peluang untuk terjadinya hujan sangat kecil," ungkapnya ketika ditemui BERKAT di ruang kerjanya.
Kendati telah banyaknya imbauan yang dikeluarkan oleh pihak-pihak terkait untuk tidak melakukan pembakaran lahan dan hutan, akan tetapi kondisi musim kering tersebut dimanfaatkan sekelompok masyarakat maupun perusahaan untuk melakukan pembakaran lahan.
Sehingga tidak heran menurut sumber data koordinat ASMC Singapore NOAA yang dipantau dari kantor Bapedalda (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup) Kalbar mencatat jumlah hot spot di Kalbar hingga per 20 Mei mencapai 38 titik tersebar di beberapa daerah antara lain Kabupaten Sambas dengan 10 titik api, Bengkayang 9 titik api, Kubu Raya 6 titik api, Ketapang 5 titik api, Singkawang 4 titik api, Kabupaten Pontianak 2 titik api, Kayong Utara 1 titik api dan Landak 1 titik api.
"Kebanyakan titik api itu terjadi akibat pembakaran lahan oleh petani yang akan memulai musim bertanam," kata Kepala Bapedalda Kalbar, Ir. Tri Budiarto.
Kabut asap pun tak dapat dielakan, Bapedalda menyatakan kondisi Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Pontianak, masuk dalam kategori tidak sehat khususnya pada malam hari sebab telah melebihi 100 Ppm.
Tri menjelaskan untuk ISPU 0-50 Ppm dikategorikan baik, 51-100 Ppm kategori sedang, 101-199 Ppm tidak sehat dan jika lebih dari 300 Ppm sudah kategori berbahaya. Karena itu dia mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitasnya keluar rumah kalau benar-benar tidak penting.
"Jika pun ada keperluan yang mengharuskan kita keluar rumah, sebaiknya menggunakan masker karena kadar udara sudah masuk kategori tidak sehat, terutama pada pukul 21.00-23.30," kata alumnus UGM Yogyakarta ini.
Sementara itu, Direktur RSUD dr. Soedarso Pontianak, dr. H. M. Subuh, mengatakan hingga saat ini belum terlihat adanya lonjakan penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di rumah sakit pemerintah terbesar di Kalbar itu.
"Kondisinya masih kategori wajar dan belum ada peningkatan kasus," katanya.
Subuh yang juga Ketua IDI Kalbar ini menambahkan masyarakat Kota Pontianak sudah cukup sadar akan bahaya kabut asap yang biasa terjadi di musim kemarau.
"Mereka (warga Kota Pontianak, red.) sudah mulai mengerti bagaimana melindungi diri dengan alat pelindung diri seperti masker, sapu tangan yang tentunya telah dibasahi air terlebih dahulu, karena partikel debu akan menempel di permukaan masker atau sapu tangan jika telah dibasahi air. Jika tidak dibasahi, maka partikel debu ini akan masuk melalui pori-pori masker atau sapu tangan dan masuk ke saluran pernafasan. Jadi sebaiknya dibasahi air terlebih dahulu," tambah Subuh.
Winda (29) warga Jalan 28 Oktober Pontianak Utara mengharapkan dengan tebalnya kabut asap yang kian hari semakin mengkhawatirkan ini agar pemerintah membagi-bagikan masker gratis untuk mengantisipasi awal.
"Saat ini pemerintah belum melakukan antisipasi, ya makanya kabut asap terus bertambah," katanya.
Pesawat Rombongan Menteri Delay
Kabut asap ini juga dirasakan sejumlah penerbangan dari Jakarta ke Supadio tak terkecuali rombongan Menakertrans dan Menteri Pertanian yang mewakili Wapres, HM Jusuf Kalla ketika berkunjung ke Pontianak, Sabtu (17/5).
Rombongan yang seyogyanya datang pada pukul 07.45 WIB dengan menggunakan pesawat Fokker-28 milik AURI ini terpaksa delay satu jam lantaran kabut asap yang memenuhi bandara dikarenakan jarak pandang yang kurang dari 800 meter di pagi hari.
Sri Ningsih menjelaskan di pagi hari pukul 05.00 jarak pandang hanya 300 meter, pukul 06.00 pagi jarak pandang berkisar 500 meter, pukul 07.00 jarak pandang 800 meter dan pukul 08.00 mulai normal yakni 2.000 meter.
Tak hanya pesawat yang mengangkut rombongan menteri mengalami delay, sejumlah penerbangan pun mengalami kejadian serupa, antara lain seperti Sriwijaya Air yang seharusnya dari Jakartra pukul 7.45 namun tiba di Pontianak pukul 8.45 begitu juga Lion Air yang seharusnya pukul 07.20 akhirnya tiba pukul 8.20 WIB. Begitu juga yang terjadi dengan pesawat Hercules milik AURI pun mengalami delay.(rob/nia/dit)